Turunkan NPL BPR, Perbarindo Siapkan Strategi

Yanuar Alfan (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Tingginya rasio kredit bermasalah di lembaga keuangan bank perkreditan rakyat (BPR) yang ada di Provinsi NTB yang diatas 10 persen, perlu mendapatkan perhatian dari pengelola BPR di NTB. Perbarindo NTB selaku organisasi perhimpunan BPR secara nasional akan melakukan evaluasi bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi NTB.

Ketua DPD Perbarindo NTB, Yanuar Alfan mengakui jika rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang ada di BPR di NTB masih tergolong tinggi bahkan ada diatas 10 persen. Padahal dari ketentuan Bank Indonesia ataupun OJK, batas maksimal NPL adalah 5 persen.

“Memang kecendruangannya tahun ini NPL BPR itu semakin meningkat bahkan lebih tinggi dari tahun lalu,” kata Yanuar Alfan yang juga Direktur Utama PNM BPR Syariah Patuh Beramal ini di Mataram, Selasa (4/10).

Baca Juga :  Gubernur Diminta Patuhi Perda

Yanuar menyebut jika data Desember 2015 lalu, NPL BPR masih diangka 7-8 persen, maka di semester I tahun 2016 ini kecendrungan merangkak naik menjadi diatas angka 10 persen. Terkait semakin meningkatnya rasio kredit bermasalah di BPR yang ada di NTB. OJK NTB akan melakukan evaluasi kinerja BPR yang memiliki NPL diatas 5 persen.

“OJK bahkan memberi kami deadline selama tiga bulan bagi BPR yang NPL diatas 5 persen untuk menekan kredit bermasalah tersebut, “terang Yanuar.

Sementara itu, lanjut Yanuar, di internal Perbarindo NTB berbagai langkah terus diupayakan untuk menekan rasio kredit bermasalah. Seperti melakuan pertemuan dan berbagi cara dalam dmenekan NPL. Karena tidak semua BPR di NTB memiliki NPL diatas 5 persen. Bahkan ada juga beberapa BPR yang NPL -nya dibawah 5 persen.

Baca Juga :  OJK Belum Terima Pengajuan Izin Merger BPR NTB

Selainn itu, DPD Perbarindo NTB juga menggelar pendidikan dan pelatihan bagi karyawan BPR untuk meningkatkan kompetensi mereka. Sehingga nantinya dengan kompeteni karyawan BPR yang semakin bagus diharapkan mampu mencarikan solusi dalam menekan NPL di BPR tempat mereka bertugas.

“Berbagai strategi kami lakukan dalam menekan rasio kredit bermasalah yang sekarang ini terus kecendrungannya naik di BPR,” ujar Yanuar.

Menurut Yanuar, meningkatnya NPL di BPR tak terlepas dari kondisi perekonomian yang lesu saat ini. Pelambatan ekonomi secara nasional juga berdampak luas terhadap sektor riil yang menjadi andalan BPR menyalurkan pembiayaan.

“Kelesuan ekonomi ini berdampak besar terhadap kinerja BPR. Terlebih lagi BPR itu pangsa pasarnya di sektor riil,” kata Yanuar. (luk)

Komentar Anda