Tunda Keberangkatan, Bupati Pathul Mengalah demi Jamaah

HL PATHUL BAHRI

PRAYA – Bupati Lombok Tengah, H Lalu Pathul Bahri akhirnya angkat bicara terkait dirinya bersama istri Baiq Nurul Aini yang terpaksa harus menunda keberangkatan haji. Seperti diketahui bahwa keduanya seharusnya berangkat pada Jumat (2/5) sebagai bagian dari kloter dua Kabupaten Lombok Tengah. Namun, hingga momen pelepasan oleh Wakil Bupati, visa haji mereka belum juga terbit.

Seperti diketahui ada sekitar 52 jamaah dari kloter dua yang sama juga mengalami hal serupa. Mereka tidak bisa berangkat karena visa belum keluar dan untuk mengisi kekosongan penumpang di kloter 2, pihak Kemenag memutuskan untuk menggantinya dengan jemaah dari kloter 6 yang seharusnya dijadwalkan berangkat pada Rabu (7/5). Keputusan ini membuat para jamaah pengganti harus bersiap dalam waktu yang sangat singkat. Tak sedikit di antara mereka yang terburu-buru dan sempat melupakan barang bawaan, meskipun akhirnya berhasil diantarkan ke Asrama Haji.

Baca Juga :  Dua Ton Beras akan Diobral Jelang Bau Nyale

Ironisnya, visa 52 jamaah kloter dua termasuk milik Bupati dan istrinya baru keluar sekitar pukul 00.00 malam setelah jamaah pengganti tiba di Asrama Haji. Secara teknis, mereka masih bisa menyusul, namun karena kloter sudah terisi penuh oleh jamaah pengganti, muncul dilema apakah jamaah pengganti harus dipulangkan kembali ke rumah untuk bergabung kembali dengan Kloter 6.

Namun, dengan jiwa besar dan penuh empati, Bupati H Lalu Pathul Bahri memilih untuk menunda keberangkatannya. “Saya tidak tega meminta mereka kembali pulang padahal sudah sampai di Asrama Haji. Saya tak ingin mengecewakan mereka. Lebih baik saya yang mengalah demi kebaikan kita semua,” ungkap H Lalu Pathul Bahri, Minggu (4/5).

Baca Juga :  Pilkades Serentak di Loteng, Tiga Petahana Kalah

Selain alasan kemanusiaan, ia juga mempertimbangkan aspek keluarga. Ia menyadari bahwa jika ia berangkat tengah malam, anak-anak dan keluarga besar tidak bisa melepas kepergiannya secara langsung. “Jam segitu mereka pasti sudah tidur pulas, termasuk anak-anak saya. Tentu mereka tidak bisa melihat saya dan ibunya berangkat,” tambahnya.

Pathul menambahkan, bahwa ibadah haji adalah panggilan Allah, dan semua yang terjadi sudah merupakan ketentuan-Nya. Ternyata, di balik penundaan itu, terdapat hikmah yang begitu besar. Seorang sepupunya wafat pada sore harinya, dan Bupati masih sempat menyalatkan dan mengantarkan ke peristirahatan terakhir. “Mungkin ini hikmahnya dari penundaan ini,” ucapnya. (met)