Tugu Perang Lombok Diwacanakan Jadi Destinasi Wisata Sejarah

MATARAM — Dalam proses revitalisasi halaman gedung Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), ditemukan kembali bongkahan benda bersejarah peninggalan jaman penjajahan Belanda.

Bongkahan benda berbahan batu granit dan marmer hitam tersebut, diduga bagian dari puing-puing tugu atau monumen yang dibangun Pemerintah Kerajaan Belanda, untuk menghormati para tentara Belanda yang tewas dalam Perang Lombok pada tahun 1894 silam.
“Saya sudah perintahkan Kepala Museum NTB untuk melakukan kajian lebih lanjut terhadap penemuan benda bersejarah ini, termasuk rencana ke depannya,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB, Lalu Gita Ariadi, kemarin.

Menurut Gita, halaman gedung Kantor Gubernur NTB dulunya merupakan Kebon Raja (Taman Raja) pada masa Pemerintahan Raja Anak Agung Karang Asem. Kawasan ini memiliki nilai strategis, karena dekat dengan titik 0 Kilometer Mataram, Gereja, dan Kodim, yang menunjukkan peran sentralnya sebagai pusat pemerintahan pada masa itu.

“Nanti akan digali lebih jauh rekonstruksi sejarahnya. Namun saya sudah meminta Kepala Museum NTB untuk berkoordinasi dengan Balai Arkeologi dan lembaga terkait, guna menentukan langkah selanjutnya,” tambah Gita.

Baca Juga :  1 Warga Sumbawa Positif Corona, Jumlah Positif di NTB Jadi 6 Orang

Soal kemungkinan membangun kembali tugu peringatan tersebut, Sekda NTB menyatakan hal itu masih dalam tahap kajian. Pemerintah, bahkan membuka peluang untuk mengajukan proposal kepada Pemerintah Belanda, guna merevitalisasi kawasan ini sebagai destinasi wisata sejarah.

“Dengan cara seperti ini, mudah-mudahan orang Belanda bisa berkunjung dan berwisata kesini (Lombok). Selain dapat melihat makam Jenderal Van Ham (Jenderal yang tewas dalam Perang Lombok, red), juga melihat penghormatan tugu arwah leluhurnya,” kata Gita.

Sementara itu, Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam, mengungkapkan bahwa benda bersejarah yang ditemukan ini kemungkinan besar merupakan bagian dari pondasi tugu peringatan tentara Belanda.

Berdasarkan analisis awal, granit yang ditemukan diduga berasal dari Eropa, karena pada masa itu Indonesia belum mengenal bahan granit dengan kualitas seperti ini. “Bentuknya artistic, dan sangat detail. Ini menandakan kemungkinan besar granitnya diimpor dari Eropa,” ujarnya.

Nuralam menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan kajian awal terhadap simbol-simbol peninggalan pemerintahan sebelum Indonesia merdeka, termasuk monumen yang berada di kawasan Gedung Kantor Gubernur.

Baca Juga :  BMKG Ingatkan Nelayan Potensi Gelombang Tinggi

Namun untuk kajian mendalam akan segera dilakukan sesuai permintaan Sekda NTB, dengan melibatkan lembaga seperti Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, dan Balai Arkeologi.
“Mungkin kita akan bersurat juga untuk menambah data kepada Kedutaan Belanda yang ada di Jakarta. Memang sudah dipastikan bahwa kawasan ini adalah pusat pemerintahan waktu zaman Kerajaan Belanda,” terangnya.

Jika rekonstruksi dilakukan lanjutnya, kawasan ini berpotensi menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik. Dimana menurut hipotesa Nuralam, kawasan tersebut dahulu merupakan tempat rekreasi warga Belanda di Kebun Raja, dengan tata kota yang dirancang oleh Pemerintahan Raja Anak Agung Karang Asem.

Melihat tata kota Jalan Pejanggik yang menjadi jalur utama dari Ampenan ke Cakranegara, hingga Lombok Timur, maka kawasan ini memang memiliki nilai sejarah yang tinggi. “Ini salah satu keunggulan tata kota di Mataram yang dibangun oleh Pemerintahan Raja Anak Agung Karang Asem yang ada di Cakranegara,” pungasnya. (rat)