MATARAM – Bara api gunungan sampah TPA Regional Kebon Kongok Desa Sukamakmur Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, masih menyala.
Meski apinya sempat jinak dan tak separah kebakaran awal, namun kebakaran gunungan sampah ini belum padam sepenuhnya. Hingga sepekan berlalu, penyebab kebakaran sampah ini pun belum berhasil diselidiki. Baik oleh aparat penegak hukum maupun oleh Pemprov NTB.
Lambannya penanganan kebakaran ini menimbulkan asumsi sendiri di tengah masyarakat. Salah satunya adalah dugaan kebakaran ini disengaja. Asumsi ini muncul dengan catatan bahwa TPA Kebon Kongok akan over kapasitas tahun 2020. Jika sepanjang tahun 2019 hingga 2020 sampah tak dikurangi, maka akhir tahun 2020 TPA itu tak bisa dioperasikan lagi. ‘’Karena itu sampah ini besar kemungkinan sampah ini sengaja dibakar,’’ ungkap salah satu warga setempat.
Karena itu, warga meminta agar aparat penegak hukum segera menyelidiki kasus kebakaran ini. Warga sangat dirugikan dengan kebakaran TPA ini. Karena selain menghilangkan mata pencarian puluhan pemulung, juga menyebabkan sejumlah warga masyarakat mengalami sakit. ‘’Kami merasa sangat dirugikan, pihak aparat dalam hal ini kepolisian harus turun melakukan penyelidikan penyebab kebakaran,’’ pinta Direktur Institut Kontrol Anggaran Daerah (IKAD) Lombok Barat, HM Zubaidi.
Zubaidi mengaku, pihaknya aktif turun membagikan masker kepada warga masyarakat terdampak. Pihaknya juga mengumpulkan informasi terkait dengan pengelolaan TPA Regional Kebon Kongok ini. Dari pantauan di lapangan dan informasi yang diserap di masyarakat, pihaknya menduga ada unsur kelalaian. Sehingga kebakaran itu menjadi besar, padahal para petugas di TPA cukup banyak.
Saran Zubaidi, mereka seharusnya keliling melakakukan patroli. Ketika mereka ada menemukan titik api, harusnya ada inisiatif sendiri memadamkan api untuk mencegah kebakaran yang lebih luas. ‘’Menurut hemat saya, ada sedikit kelalaian pengelola, walaupun banyak pekerja tapi mereka tidak bekerja dengan rapi,’’ sesalnya.
Karena itu, pihaknya mendorong agar Polres Lombok Barat, Polres Mataram dan Polda NTB turun menyelidiki penyebab kebakaran ini. Karena kondisi ini sudah terjadi satu pekan dan dampaknya sangat merugikan masyarakat. ‘’Kondisi ini sangat merugikan kami sebagai masyarakat, harus diselidiki penyebabnya,’’ harapnya.
Zubaidi lantas membandingkan ketika penanggung jawab TPA ini dipegang oleh penanggung jawab yang lama. Para pekerja bekerja cukup rapi dan penataan sampah juga cukup bagus. Sekarang kondisi tidak seperti itu. Informasi dari warga berbeda dengan kondisi dulu. Kalau penjaga yang dulu menurut informasi biasanya ada alat berat yang selalu standby di lokasi TPA dan difungsikan untuk meratakan sampah.
Namun, berbeda dengan sekarang. Walaupun banyak petugas bergiliran menjaga tapi kurang telaten. Tidak seperti kepala pekerja lapangan di TPA sebelumnya. ‘’Kepala pekerja yang dulu tidak memberikan sampah plastik bertebaran sehinga tidah mudah kebakar. Beda dengan sekarang ini,’’ sesal dia.
Pihaknya tidak menafikan selama ini pemerintah daerah sudah berusaha secara maksimal untuk memadamkan api, baik dari Pemkab Lombok Barat, Pemkot Mataram dan Pemprov NTB, namun hasilnya belum maksimal. Bahkan kepolisian mendatangkan mobil water canon namun belum bisa juga ditangani sampai hari ini.
Zubaidi juga mengaku, ia bersama salah satu Wakil Ketua DPRD Lombok Barat turun melihat langsung kondisi masyarakat yang terdampak kebakaran. ‘’Hasilnya kondisi masyarakat di lima desa cukup memprihatinkan,’’ tandas Zibaidi.
Beberapa warga lainnya juga mengeluhkan kondisi ini. Karena upaya pemadaman yang sudah dilakukan belum membuahkan hasil. Warga meminta tanggung jawab pihak Pemkab Lombok Barat, Pemkot Mataram dan Pemprov NTB. Karena akibat kebakaran ini sudah membuat warga masyarakat menderita. ‘’Keluarga saya sudah saya bawa ke rumah sakit kota untuk berobat. Pemerintah seharusnya memberikan kompensasi bagi warga yang terdampak ini,’’ tuntut Gusti Sujana.
Penyesalan sama juga datang dari Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Provinsi NTB, Nauvar Furqony Farinduan heran dengan Pemprov NTB yang lamban bergerak. “Ini terbakar atau sengaja dibakar? Kenapa telat sekali pemprov seriusi masalah kebakaran ini. Apa harus nunggu dikritik dulu,’’ herannya.
Apabila kebakaran TPA Kebon Kongok merupakan peristiwa yang tidak disengaja, maka secara moral pemprov memiliki tanggung jawab. ‘’Tidak boleh melakukan pembenaran dengan melakukan pembiaran,’’ sesal Farin.
Gubernur NTB, Zulkieflimansyah turun langsung ke lokasi untuk melihat kebakaran tersebut. Belasan armada sudah diturunkan, termasuk alat berat. Jutaan liter air yang digunakan tidak mampu juga memadamkan api yang masih membara. ‘’Kalau disiram air bisa membara lagi karena baranya di dasar nggak padam,’’ ungkap gubernur setelah meninjau TPA Kebon Kongok, Minggu (20/10).
Satu minggu ini Pemprov NTB bersama Pemkot Mataram dan Pemkab Lombok Barat, terus bekerja memadamkan api. Petugas bergantian siang dan malam menyemprotkan air. Upaya tersebut tidak akan berhasil. Terbukti, satu minggu ini api masih saja membara. ‘’Ketika ada oksigen masuk terbakar lagi kalau dipadamkan menggunakan air,’’ tambahnya.
Solusi terbaik untuk memadamkan api, lanjut gubernur, lokasi tersebut harus ditimbun dengan tanah. Alasannya, kalau ditimbun tanah bisa teratasi masalahnya. Hanya saja, karena ini harus ngambil tanah, ditumpuk dulu, kemudian dipindahkan lagi ke lokasi akan sedikit memakan waktu.
Meski demikian, Zulkiefli tetap memberikan tenggat waktu agar masalah kebakaran tuntas dalam waktu 15 hari. Karena itu, pemprov akan menambahkan alat berat dan fasilitas lainnya untuk mempercepat penanganan kebakaran gunungan sampah yang menyala hingga sepakan kemarin. ‘’Ini harus selesai dalam waktu 15 hari,’’ kata Zulkiefli.
Teknisnya, sambung dia, penanganan kebakaran dilakukan secara bertahap per blok dari 17 blok yang ada. Penanganan yang dilakukan saat ini adalah dengan sistem siram timbun tanah atau landfilling. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai oksigen dan persiapan blok untuk menerima sampah dari Kota Mataram dan Lombok Barat yang mulai menumpuk.
Untuk menangani satu blok yang luasnya sekitar 3000 meter persegi dalam dua hari, atau sekitar 2 x 10 jam diperlukan satu unit bulldozer besar. Alat ini diperlukan untuk meratakan sampah yang ada agar mudah dipadamkan. Selain itu, BPBD mengerahkan empat unit excavator, satu unit untuk mengurai sampah dan tiga unit mengisi dum truk dengan tanah. BPBD juga mengerahkan dua mobil pemadam kebakaran, 4 truk tangki air, dan 10 dum truk. ‘’Dengan sistem ini, kebakaran lahan ini tidak meluas dan perlahan mulai mengecil,’’ pungkas Zulkieflimansyah.
Kepala UPT TPA Regional Kebon Kongok, Didik Mahmud yang dikonfirmasi belum ada target sampai kapan api bisa dipadamkan. Pasalnya, sampah yang terbakar sangat banyak dan cukup luas. Pihaknya tidak bisa memastikan kapan api bisa dipadamkan. Namun direncanakan, paling lambat hari Rabu depan TPA sudah mulai bisa beroperasi secara terbatas.
Meskipun saat ini sampah sudah banyak terbakar, Didik menilai harus tetap dipikirkan lokasi baru sebagai pengganti TPA tanpa menyebut alasannya. Didik sendiri berharap kebakaran yang masih terjadi bisa segera padam. “Progres sampai saat ini, kita berhasil mensterilkan lahan sebesar kurleb 33 are. Insya Allah hari Selasa atau Rabu, TPA bisa dibuka untuk pelayanan terbatas,” katanya. (ami/zwr)