TKI Meninggal Kemungkinan Bertambah

MATARAM – Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal NTB yang meninggal dunia akibat kapal tenggelam di perairan Batam, telah dipulangkan pada Sabtu malam (5/11).

Sedangkan puluhan korban yang berhasil selamat sampai Bandara Internasional  Lombok (BIL) sekitar pukul 15.00 Wita, Minggu kemarin (6/11). Jumlah korban yang meninggal dunia asal NTB sebanyak 6 orang. Namun yang telah dipulangkan hanya 5 orang. Sementara dari 26 TKI yang selamat, baru 22 orang sudah dipulangkan. “Jenazah atas nama Baharudin asal Lotim belum dipulangkan, karena belakangan teridentifikasi,” terang kepala Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Provinsi NTB, H Ahsanul Kahalik kepada Radar Lombok Minggu sore kemarin (6/11).

Lima jenazah yang telah dipulangkan, 4 orang berasal dari Lombok Tengah yaitu Mahrun, usia 49 tahun dari Dusun Tanak Embang Daye, Desa Selebung Kecamatan Batukliang, Aisyah jenis kelamin perempuan dengan usia 27 tahun dari Dusun Aiberik  Desa Bagek Nunggal Kecamatan Batukliang Utara,  Rukmin jenis kelamin perempuan dengan usia 39 tahun dari Desa Batujai Kecamatan Praya Barat, Zainab usia 39 tahun dari dusun Tanak Embang Daye, Desa Selebung Kecamatan Batukliang.

Sedangkan 1 orang dari Lombok Timur yaitu Ating Fatimawati dengan usia 33 tahun dari Kampung Permai Desa Pijot Kecamatan Keruak. Sementara untuk Baharudin asal Desa Moyot Kecamatan Sakra, akan dipulangkan belakangan. “Jenazah sampai BIL sekitar pukul 07.00 malam atau ba’da Magrib,” kata Khalik.

Berdasarkan data terakhir dari Tim yang dikirim oleh Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi ke Batam, jumlah penumpang kapal tenggelam sebanyak 101 orang, termasuk awak kapal. Korban meninggal dunia sebanyak 54 orang, korban selamat 41 orang dan 6 orang masih belum ditemukan.

Dari 54 korban meninggal dunia, baru 12 jenazah yang telah berhasil diidentifikasi dan diketahui 6 jenazah berasal dari NTB. Sedangkan 42 jenazah lainnya sampai saat ini masih dalam proses identifikasi. “Kita masih belum tahu berapa jumlah keseluruhan penumpang kapal asal NTB,” ungkap Khalik.

Baca Juga :  Moratorium, Impor TKI Tetap Jalan

Menurut Khalik, jumlah korban yang meninggal dunia asal NTB dimungkinkan bertambah. Pasalnya, berdasarkan keterangan TKI yang selamat, beberapa temannya sesama penumpang asal NTB belum ditemukan.

Penumpang yang belum ditemukan bisa saja telah menjadi mayat. Namun karena proses identifikasi belum selesai sehingga belum bisa dipastikan. Mereka yang belum ditemukan atas nama Suparlan, Jusman, Aldi, Suhaili, Khairil dan Zhalimatul yang berusia 4 tahun. “Makanya ada 3 TKI yang selamat masih di Batam, pihak RS Bhayangkara Polda Kepri minta mereka tinggal sementara di Batam untuk keperluan identifikasi keluarga mereka yang sudah ditemukan dalam kondisi meninggal,” ungkap Khalik.

Lebih lanjut disampaikan Khalik, dari 41 korban selamat, sebanyak 26 orang asal NTB. Namun, 1 orang atas nama Anto asal Dusun Omak Telaga, Desa Rempek Kecamatan Gangga, Lombok Utara pulang ke Padang mengikuti istrinya. “Tapi sudah kita beritahukan keluarganya yang di KLU,” kata Khalik.

Selanjutnya 3 orang yang masih tinggal di Batam untuk membantu proses identifikasi jenazah yaitu M Radiah Adi Akbar berasal dari Desa Pijot Kecamatan Keruak Lombok Timur, M Halil dari  Aik Berik Kecamatan Batuklian Utara Loteng dan Remah dari Dusun Dasan Baru, Desa Tampak Siring Kecamatan Batu kliang Loteng.

Untuk 22 korban selamat yang telah dipulangkan, kini berada di rumah kediaman masing-masing. Serah terima ke Pemerintah Kabupaten lansung dilakukan di Bandara Internasional Lombok (BIL). “Khusus TKI asal Lombok Timur, kami tangani pengantarannya dengan kendaraan Rescue Dinas Sosial Provinsi, soalnya tidak ada perwakilan Pemkab Lotim yang dating ke BIL,” ungkap Khalik.

TKI asal Lombok Tengah langsung diserahkan ke Sekretaris Daerah (Sekda) dan Kepala Dissosnakertrans Lombok Tengah. Begitu juga dengan TKI asal Lombok Barat dijemput oleh Pemkabnya. Penyerahan disaksikan oleh camat dan keluarga korban yang hadir di BIL.

Keluarga korban meninggal dunia tersebut tidak bisa menyembunyikan kesedihan dan membendung air matanya ketika melihat peti jenazah keluarganya yang diturunkan dari pesawat.  Salah satunya keluarga Amaq Mukinah yang kehilangan dua orang anaknya  Mahrun dan Aisyah serta menantinya Zainab (istri Mahrun) dan cucuknya Zainatun (putri Mahrun dan Zainab) yang hingga saat ini belum ditemukan. 

Baca Juga :  FPR Tidak Puas Pola Penanganan Korban TKI Tenggelam

Jenazah kakak beradik Mahrun dan  Aisyah dimakamkan di pemakaman umum yang berada di Dusun Tanak Embung Lauk Desa Selebung Kecamatan Batukliang setelah selasai salat Duhur pada Minggu  kemarin (6/11).Sementara Zainab istri Mahrun langsung dibawa pihak keluarga menuju Lombok Timur untuk dimakamkan di kampung halamannya.

Ketua BP3TKI Provinsi NTB Muharram, mengungkapkan  biaya pemulangan jenazah ditanggung oleh pemerintah daerah (Pemda) dan BP3TKI. Pihak keluarga diharapkan bersabar terkait korban yang selamat karena hingga saat ini masih ada yang  belum bisa dipulangkan.

“Korban selamat belum bisa d pulangkan karena masih berkoordinasi dan menunggu keterangan dari pihak Disnakertrans Batam,” ungkapnya.

Terpisah Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi menyampaikan, meskipun TKI yang menjadi korban adalah illegal, namun Pemprov NTB akan tetap bertanggung jawab. Bagaimanapun juga, para korban tersebut merupakan warga NTB yang harus dilindungi meski pulang melalui jalur tidak resmi.

Tragedi kali ini tentunya menjadi tamparan keras bagi Pemprov NTB. Luka tenggelamnya kapal TKI yang menewaskan   warga NTB beberapa bulan lalu masih terasa, kini lebih parah lagi. “Ini menjadi evaluasi bagi kami, nanti kami siapkan uang duka,” ujar gubernur.

Gubernur tidak menyebut nominalnya uang santunan yang akan diberikan. Namun sumbangan duka tersebut diharapkan bisa mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan. Apalagi TKI yang meninggal dunia tidak memiliki asuransi karena memang illegal.

Meskipun dengan tragedi menyakitkan ini, gubernur tidak berpikir untuk menghentikan pengiriman TKI ke Malaysia. Mengingat, banyak TKI yang melalui jalur resmi mampu merubah hidup keluarganya di kampung. “Yang perlu kita antisipasi itu tekong-tekong yang ke masyarakat,” ujarnya.(zwr/cr-met)

Komentar Anda