Tinggalkan Dagangan Demi Hibur Pedagang

Sebagai seorang pedagang di pasar tradisional Pagesangan, Daeng Taniga adalah juga seorang penyiar radio dan rela meninggalkan barang dagangannya hanya untuk siaran setiap hari di Radio Land Putri Nyale Pasar Pagesangan

 


ZULFAHMI-MATARAM


 

Pasar Pagesangan tidak hanya ribut oleh pembeli dan penjual melakukan tawar-menawar barang. Layaknya berbelanja di pusat perbelanjaan modern, pembeli juga dihibur oleh alunan musik dari studio radio komunitas (Rakom) Radioland Putri Nyale yang ada di pasar Pagesangan.

Musik dan suara penyiar datang dari ruangan berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter di komplek pasar. Lewat radio ini, penyiar menghimbau para pedagang maupun pembeli menjaga kebersihan pasar.

Nah, suara yang selalu bercuap-cuap selama aktivitas jual-beli adalah suara seorang perempuan bernama Daeng Taniga atau akrab disapa Bunda Daeng.

Awalnya Bunda Daeng hanya coba-coba saja jadi penyiar di radio ini. Pengalamannya sebagai seorang pembawa acara atau MC di setiap kegiatan membuat Bunda Daeng mau mencoba.” Sering menjadi MC saat acara istri-istri TNI,” ungkapnya. Kebetulan ia juga seorang istri tentara.

Lama-lama suara dan gayanya dianggap cocok oleh kepala pengelola pasar. Itu sebabnya ia ditunjuk menjadi penyiar tetap dan bertanggung jawab terhadap hidup matinya radio komunitas di pasar ini. “ Sejak saat itu saya menjadi tenaga sukarela di radio ini,” terangnya.

Ia siaran sambil jualan. Setiap hari di sela-sela berjualan Sembako, ia datang ke studio untuk membuka acara dan menyapa para pendengar yang notabene adalah pedagang dan pembeli di pasar itu. “ Kalau saya siaran, barang dagangan saya titip di teman,” tuturnya.

Teman tempatnya menitip barang dengan setia menjaga barang dagangannya. Selama menjadi penyiar, banyak pengalaman yang didapatnya. Ini adalah radio yang dibentuk oleh WHO (salah satu organisasi PBB). Itu sebabnya setiap tahun ada saja bule  petugas WHO yang datang melihat aktivitas siaran. “ Untung saya bisa bahasa Inggris sedikit,” ungkapnya.

Atas dedikasinya selama 6 tahun menjadi tenaga penyiar, pihak pasar  memberikan honor per triwulan. Nilainya memang tidak terlalu besar yakni antara Rp 500 ribu sampai  Rp 700 ribu per triwulan.

Bunda Daeng mengaku tidak pernah rugi. Malah ia mendapat  tambahan pengalaman dan teman. Dalam satu hari Bunda Daeng siaran satu sampai dua jam. Namun ia punya tanggung jawab memantau apa saja materi dan pesan yang diputar selama radio ON. Supay tidak monoton, ia juga mengemas acara dengan baik seperti menyiapkan acara karokean bagi pedagang , request lagu lewat SMS dan banyak lagi.

Radio juga dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menyampaikan keluh-kesah tentang pelayanan pasar.

Selama siaran yang paling banyak ditekankan adalah kebersihan pasar. Kalau sudah pasar bersih, maka pembeli akan banyak.(*)