MATARAM – Posisi atau sikap ormas NWDI yang tidak mendukung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Rohmi-Firin di Pilgub NTB dinilai sebagai bentuk konsistensi dari Ketua Umum PB NWDI TGB M. Zainul Majdi. “Saya kira ini sikap konsistensi dari TGB,” kata pengamat politik Yan Marli, Selasa (5/11).
Menurut mantan Anggota KPU NTB ini, TGB sejak awal sebenarnya menginginkan Zulkieflimansyah-Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) jilid 2, namun keinginan tersebut tidak terwujud.
Dukungan TGB terhadap keberlanjutan kepemimpinan gubernur dua periode dinilai sebagai bentuk dukungan terhadap calon gubernur petahana, Zulkieflimansyah.
Harapan TGB adalah agar NTB dapat dibangun lebih akseleratif ke depannya. “Mengapa demikian?” tanyanya. Pengalaman TGB memimpin NTB selama dua periode sangat membekas dalam benaknya bahwa program pembangunan sebuah daerah tidak mungkin bisa disulap hanya dalam satu periode, tetapi harus diteruskan setidaknya untuk satu periode berikutnya lagi.
“Lalu pertanyaannya, mengapa harus Dr. Zul? Untuk menjawab pertanyaan ini, setidaknya ada dua alasan yang sangat mendasar yang perlu digarisbawahi,” ujarnya.
Pertama, banyak publik tidak tahu bahwa menjelang akhir masa jabatan TGB pada tahun 2018, TGB cukup galau mencari figur yang tepat dan kapabel untuk memegang estafet kepemimpinan agar semua program pembangunan yang telah dicanangkannya dapat dilanjutkan.
TGB menerapkan standar persyaratan tinggi pada waktu itu untuk bisa diusung.
Salah satu persyaratan standar tinggi itu adalah Calon Gubernur NTB waktu itu setidak-tidaknya selevel dengan beliau baik dari sisi pendidikan, akses nasional dan internasional, pengalaman dalam birokrasi dan politik, serta kepedulian terhadap daerah NTB.
Dari sederet putra daerah yang ada pada waktu itu, yang paling memenuhi syarat adalah Zulkieflimansyah. Namun, karena Zul bukan putra Lombok, timbul pro-kontra di dalam tim yang ditugaskan untuk mengkaji dan menjaring calon gubernur waktu itu.
TGB dengan kedewasaan politiknya pada waktu itu mencairkan kebuntuan kondisi yang ada dengan mengajak semua pihak untuk berpikir buat NTB ke depannya, dan bukan buat Lombok semata-mata.
“Zul pada akhirnya dipasangkan dengan Rohmi sebagai simbol keutuhan dan keharmonisan NTB serta sebagai ‘successor TGB’ untuk melanjutkan cita-cita TGB selanjutnya,” papar Yan Marli.
Kedua, dukungan TGB terhadap Zul-Uhel dalam kontestasi Pilgub NTB 2024 ini diharapkan agar Zul-Uhel menang dan dapat melanjutkan program pembangunan hibrida (program pembangunan Zul jilid 1 + program pembangunan TGB yang belum tuntas hingga akhir masa jabatan tiba di 2018).
Selain itu, Yan Marli juga menduga ada proyeksi estafet kepemimpinan untuk NTB berikutnya. Zul dalam lima tahun ke depan sangat diharapkan untuk bisa berbasah keringat untuk dua agenda yang disebutkan di atas, yaitu: membangun NTB dan menyiapkan estafet kepemimpinan seperti yang pernah TGB lakukan pada Pilkada 2018.
Sebab itu, dia melihat keluarnya TGB dari Perindo tentu bukan tanpa pertimbangan etika, tetapi juga penuh dengan proyeksi politik untuk ke depannya. “Baik bagi NTB maupun bagi TGB sendiri secara pribadi,” lugasnya. (yan)