Menjadi seorang penghafal Alquran (hafidz) tekad dan kemauan yang kuat. Abdurahman membuktikannya. Dia sudah hafal 30 juz Alquran.
SUDIRMAN-LOMBOK TENGAH
Sepintas orang tak akan menyangka pemuda ini seorang hafidz. Sosok pria sederhana bernama, Abdurrahman asal Desa Pengengat Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah telah mampu menghafal 30 juz Alquran.
Abdurrahman bukan dari keluarga berada tetapi dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan. Bapaknya seorang penjaga kebun kelapa di wilayah selatan Lombok Tengah milik orang lain. Justru dengan kondisi ekonomi keluarganya seperti itu,pemuda 20 tahun itu termotivasi untuk menjadi lebih agar bisa membanggakan keluarganya.
Lulus SD di kampungnya, Abdurrahman lalu memutuskan masuk Ponpes Darul Muhibbin NW Mispalah untuk menempuh pendidikan di bangku Madrasah Tsnawiyah (MTs) sampai Madrasah Aliyah (MA). Sebenarnya kata Abdurrahman, dia sudah mulai menghafal ayat-ayat Alquran sejak duduk di bangku SD dengan dibimbing guru mengajinya. Begitu masuk ponpes, intensitas menghafalnya semakin tinggi. Dengan tekad yang kuat, dia akhirnya berhasil. ”Pada usia 18 tahun alhamdulilah sudah bisa 30 juz,’’ akunya kepada Radar Lombok, Selasa kemarin (13/6).
Banyak tantangan yang telah dilalui saat menghafal Alquraan. Seperti saat menghafal satu juz saja,bisa sampa berminggu-minggu. Jika mengikuti rasa bosan dan jenuh, maka rutinitas menghafal Alquran itu bisa ditinggalkan. ”Namun kuncinya, ada pada diri kita apakah ada kemauan atau tidak,” ucapnya.
Abdurrahman sendiri telah menanamkan tekad bahwa dia harus sudah hafal ayat-ayat Alquran 30 juz sebelum lulus dari Ponpes Ponpes Darul Muhibbin NW Mispalah. Untuk mencapai target itu, Abdurrahman begitu disiplin mengatur waktu antara belajar, menghafal dan bermain. Tekad kuat dan disiplin tinggi itu, mengantarkannya mampu menghafal 30 juz. Abdurrahman juga dikenal siswa berprestasi di sekolahnya.‘’Saya selalu tekankan menghafal Alquraan bukan karena paksaan, tapi karena kemauan sendiri,’’ ucapnya.
Setelah lulus di Ponpes Darul Muhibbin NW Mispalah, Abdurahman melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah M Natsir Jakarta. Dia mendapat beasiswa atas prestasi yang diraihnya selama ini.
Kelak, begitu selesai kuliah dia akan mengabdikan dirinya sebagai da’i.Ia memiliki cita-cita, menjadi dai yang mukhlis, handal dan profesional. (*)