Terdampak Corona, Gerai Artshop Sepi Pembeli

Gerai Artshop Sepi Pembeli
SEPI : Salah satu gerai di pasar Seni Sayang-Sayang yang dikunjungi seorang pembeli.(DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Pelaku usaha Artshop (toko souvenier) masih mengeluhkan dengan kondisi sepinya kunjungan wisatawan yang datang ke tempat jualan mereka. Apalagi sekarang ini tengah berkembangnya wabah virus corona (covid-19), yang juga berdampak pada usaha mereka. 

“Wabah virus corona ini ikut berdampak di usaha artshop. Karena sangat bergantung dengan kunjungan wisatawan yang membeli,” kata salah satu pemilik gerai di Pasar Seni Sayang-Sayang Kota Mataram H Hamdan Rizal, Selasa (10/3).

Penyebaran virus corona covid-19 banyak ditakuti membuat sejumlah pengunjung tidak melakukan perjalanan keluar. Terutama pada wisatawan asing, hanya kondisi sepinya pasar seni tersebut sudah terjadi sejak pascagempa 2018 lalu. Kini semakin diperburuk oleh wabah virus corona..

“Tamu ada satu dua yang datang kesini, padahal setiap bulan banyak kapal pesiar datang, tapi tidak pernah mampir kesini,” ujarnya.

Menurutnya, tamu kapal pesiar biasanya dalam satu bulan bisa datang mencapai 2000 orang. Sayangnya, tujuan para wisatawan tidak dilkukan di  pasar Seni Sayang-Sayang. Untuk  saat ini, tamu-tamu yang datang lebih banyak domestik dibandingkan dengan wisatawan mancanegara. Dalam sehari hanya ada dalam hitungan jari datang berbelanja beberapa souvenir.

“Domestik banyak, kalau yang bule-bule ini kurang datang kesini. Karena gaetnya mengarahkan ke tempat lain juga,” ujarnya.

Sepinya kunjungan ke pasar Seni Sayang-Sayang membuat beberapa gerai terpaksa tutup lantaran tidak ada tamu yang berbelanja, sehingga mereka lebih memilih untuk menutup gerainya.

Senada dengan H Hamzan Rizal, Rina mengaku kondisi sepinya pasar seni Sayang-Sayang sudah terjadi sejak gempa 2018 lalu. Bahkan sampai dengan saat ini tamu yang datang berkunjung hanya ada beberapa saja. Biasanya sebelumnya tamu-tamu datang bisa mencapai hingga 2 bus besar dengan kisaran ratusan orang.

“Itu dulu ramai sebelum gempa, cuma sekarang tidak tau kenapa masih sepi terus,” katanya.

Masih sepinya pengunjung yang datang berbelanja, berdampak terhadap keuntungan yang didapat. Dimana dalam sehari, jika ada pembeli keuntungan didapat berkisaran Rp 100-500 ribu, tapi kini jauh dari harapan.

“Kalau ramai bisa Rp 500 ribu, sekarang ini sudah menurun keuntungan kita. Satu bulan itu cuma Rp 1 juta,” sebutnya. (dev)

Komentar Anda