
MATARAM – Pasca diguyur hujan beberapa jam, panggung utama terasa Udayana berubah jadi kubangan air. Sejak dua hari terakhir, kawasan ini dipenuhi air. Warga sekitar dan anak-anak tanpak riang gembira bermain air hujan sambil berselanjar dari atas panggung ampiteater. Seperti hari Minggu (9/6), pasca hujan deras kawasan teras Udayana berubah jadi kubangan. Bak kolam gratis bagi anak-anak bermain air berubah menjadi kubangan air hujan.
Ketua Komisi III DPRD Kota Mataram, I Gde Wiska mengatakan, persoalan ini sejak awal dibangun sudah diingatkan terkait dengan biopori dan resapan yang masih kurang. Namun sangat disayangkan sampai selesai pengerjaan dibiarkan. ‘’Sekarang seperti kolam, sudah lama kita ingatkan untuk tambahkan resapan air di kawasan utama teras Udayana. Karena posisi dibangun juga ada jeda dan ada pembatas. Sehingga air mudah tergenang di bagian tengah,’’ katanya kepada Radar Lombok, Minggu (9/6).
Politisi PDI Perjuangan menyebutkan, pemadangan ini rutin setiap kali hujan turun. Air setinggi mata kaki dewasa kerap di kawasan teras Udayana muncul setiap hujan. Hal ini membuat warga sekitar membuatnya seperti tempat kolam gratis. Air hujan berjam-jam dikawasan tersebut dengan lubang bipori yang minim. Hal ini membuat tekstur dari teras akan rusak kedepanya.
Warga sekitar tampak asyik bermain air sambil berselancar menggunakan beberapa alat yang dibawa dari rumahnya. Anak-anak tampak riang bermain air, mereka merasakan sensasi seperti di kolam renang.
Wiska berharap ada langkah evaluasi dari dinas terkait selaku pengelola. Dan tidak membiarkan kubangan air terlalu lama kedepanya, sehingga proyek yang dibanggakan bisa bertahan lama.
Proyek teras Udayana salah satu proyek fisik tahun 2023 lalu yang selalu dibanggakan Wali Kota Mataram H Mohan Roliskana, sebagai tempat rekreasi warga Kota Mataram. Namun, kondisinya sangat miris sudah banyak rusak serta air kubangan terus muncul yang dikeluhkan warga.
Anggota Komisi III DPRD Kota Mataram Ahmad Azhari Gufron mengatakan, sejak awal sudah saya sampaikan ke Dinas Pariwisata maupun pelaksana proyek saat awal dibangun. Karena kekurangan lubang pembuangan dan resapan membuat air kubangan selalu muncul saat hujan. ‘’Ini sudah persoalan lama, jadi kita harapkan bisa dituntaskan secara cepat,’’ katanya.
Menurut Gufron, sudah saatnya ada perubahan di kawasan tersebut. Air sudah banyak masuk sehingga membuat tekstur dari bangunan menjadi rusak. ‘’Kita harapkan untuk diubah kembali desain untuk lubang pembuanganya dan ditambah,’’ katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram, Cahya Samudra mengatakan, untuk kondisi kawasan teras udayana diakui masih kekurangan lubang pembuangan air. ‘’Kita akan tambah kedepanya sesuai masukan dan usulan yang disampaikan komisi III. Sudah kita cek memang kondisi air yang melimpah, masih ada kekurangan untuk lubang pembuangan dan lubang resapan,’’ katanya. (dir)