Pondok Pesantren (Ponpes) yang menyelenggarakan program tahfidz semakin banyak. Masing-masing ponpes punya metode tersendiri dan menerapkan sistem yang mempermudah santri melakukan hafalan Alqur'an.
Janwari Irwan–Giri Menang
Ponpes Nurul Haramain NW berlokasi di Desa Narmada Kecamatan Narmada Lombok Barat (Lobar). Ponpes ini terdiri dari Ponpes Nurul Haramain Putra dan Ponpes Nurul Haramain Putri. Sejak tahun 2014, ponpes ini menyelenggarakan program tahfidz. Menurut Ustadz Khairi Habibullah salah satu pembina di ponpes ini mengatakan, Ponpes Nurul Haramain tidak mengharuskan kepada santri dan santriwati menjadi hafidz atau hafidzah, akan tetapi ini sebagai kegiatan ektrakulikuler para santri. Ponpes Nurul Haramain sebelumnya fokus kepada penghafalan kitab kita kuning. Akan tetapi siring dengan berjalannya waktu, bakat-bakat menjadi hafidz para santri mulai muncul.Animo santri menghafal Alqur'an juga cukup tinggi.
Ponpes ini menganut metode Turki Utsmani. Dengan metode ini santri dapat menghafal Alqur'an dalam watktu paling lama 40 hari. Metode Turki Utsmani atau biasa disebut dengan menghafal terbalik karena dimulai dari juz terakhir (juz yang paling sulit). Sistem ini sangat populer di negara- negara islam seperti Turki,Mesir dan lainnya.
Pada tahun 2015, ponpes ini mengirim 4 orang santrinya ke salah satu ponpes di Bogor, Jawa Barat belajar menghafal Alqur'an. Di ponpes itu, terlebih dahulu menggunakan metode Turki Utsmani yaitu menghafal dari juz yang tersulit. Melihat hasilnya, dimana 4 santri ini cepat bisa menghafal, maka metode itu diikuti oleh Ponpes Nurul Haramain. “Dari sejak diadakannya tahfidz di Ponpes Nurul Haramain NW Narmada, sejauh ini santri dan dan santriwati yang sudah menghafal sebanyak 19 orang dan itu dihafal paling lama 29 hari,”jelas Ustadz Khairi Habibullah kepada Radar Lombok Selasa kemarin (21/6).
Salah satu santriwati I’in yang menghafal Alqur’an menjelaskan, untuk penghafalan Alqur'an masing-masing diberikan tenggat waktu selama 40 hari. Agar bisa mencapai target itu, maka santri harus fokus. Santri mulai menghafal dari pukul 03.00 Wita sampai dengan Subuh, kemudian dilanjtkan dengan shalat Duha. Setelah itu santri belajar yang formal dan melanjutkan lagi nanti setelah Dzuhur sampai sebelum Magrib. Setelah Isya sampai pukul 22.00 Wita, santri menyerahkan hafalan untuk diuji kembali oleh masing-masing pembina. '' Jadi dalam sehari santri harus bisa menghafal sebanyak 1 juz atau lebih,'' akunya.
Ponpes Nurul Haramain berdiri pada 1951 atas permintaan masyarakat kepada almarhum Maulanasyekh TGH Zainudin Abdul Majid atau Tuan Guru Pancor pendiri Nahdlathul Wathan (NW) di Pancor, Lombok Timur. Maka Maulanasyekh menugasi dua guru muda yakni Ustadz Muhammad Djuaini Mukhtar dan Ustadz Ma’ad dengan misi memberikan pengajaran agama Islam kepada masyarakat dengan mendirikan madrasah. Pada awalnya madrasah ini diberi nama Nurul Huda. ''Kelahiran Madrasah Nurul Huda disambut positif oleh masyarakat. Murid yang masuk belajar pun cukup banyak dan tidak hanya dari wilayah Narmada saja, namun juga dari Seganteng, Cakranegara bahkan dari luar Kabupaten Lombok Barat,” paparnya Ustadz Khairi Habibullah.
Seiring dengan perkembangan organisasi tambahnya, Madrasah Nurul Huda diubah menjadi sekolah PGANW pada 1963. Dengan maksud meningkatkan kualitas pendidikan, maka pada 1996 pengurus Yayasan Pondok Pesantren NW Narmada yang menjadi induknya membentuk Pondok Pesantren Nurul Haramain. Lembaga ini bertanggung jawab menjalankan pendidikan formal dan non formal dengan sistem asrama disesuaikan dengan keadaan. Pondok Pesantren Nurul Haramain terbagi menjadi dua yakni putra serta putri. (*)