GIRI MENANG- Di Lombok Barat ada kampung Gumesa Desa Giri Tembesi Kecamatan Gerung yang dikenal sebagai pusat kerajinan kain tenun.
Nama Gumesa sudah tidak asing lagi, terutama bagi mereka yang gemar berburu kain tenun. Nama Gumesa sejajar dengan Sukarara di Lombok Tengah, Pringgasela di Lombok Timur dan lain-lain. Masalahnya saat ini, tenun Gumesa terkendala proses regenerasi penenunnya. Padahal prospek pariwisata semakin hari semakin baik.” Tantangan kedepan bagi kami bagaimana mempertahankan tenun ini supaya tetap lestari. Dan kami pun berupaya mengajarkan ke anak-anak disini agar mencintai tenun,” ungkap ketua Kelompok Perajin Kain Tenun Ikat Dharma Yasa Gumesa Ni Wayan Landri kepada Radar Lombok, Jum’at (29/7).
Tradisi bertenun di kampung ini sudah ada sejak dulu. Sebelum tahun 2003, warga menenun kain di rumah mereka masing-masing. Kemudian setelah itu, Ni Wayan Landri dibantu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lombok Barat. Para penenun dibangunkan gedung pusat tenun pada pemerintahan Bupati H. Iskandar. Dalam perjalanannya, kelompok ini punya puluhan alat tenun dan mempekerjakan sekitar 20 penenun yang semuanya perempuan setempat.” Tapi sekarang rata-rata sudah tua,” ungapnya.
Tenun Gumesa perlu pelestarian baik oleh pemerintah daerah maupun oleh warga setempat. Supaya tidak punah, proses regenerasi harus ada. Anak-anak setempat harus diajarkan bertenun dan mencintai potensi kampung mereka ini. “Sejauh ini ada beberapa anak-anak yang mau belajar. Tapi kita minta dukungan pemerintah,” ungkapnya.
Tantangannya, anak-anak kurang minat belajar. Dari 10 anak yang ada, yang betah hanya tiga sampai empat orang “Ini juga tantangan kami, anak-anak kurang mau belajar menenun,“akunya.(flo)