SELONG – PT Shadana membantah kabar yang beredar soal adanya larangan menanam tembakau untuk para petani di Kabupaten Lombok Timur. Informasi terkait larangan tanam tembakau itu merupakan kabar yang salah ditangkap oleh masyarakat.
Direkktur PT Shadana, Kuswanto Setia Budi Shadana mengatakan, apa yang dilakukan oleh PT Shadana ini merupakan cara untuk mengefesiensi dan menjawab tantangan zaman dalam menuju 25 tahun ke depan. Terutama dalam bidang energi yang semakin hari semakin banyak energi yang digunakan oleh masyarakat.
BACA JUGA: Petani Dilarang Tanam Tembakau Virginia?
Sehingga perlu dilakukan terobosan untuk menjawab tantangan yang ada. “Contohnya dalam PLN, berbagai terobosan yang pernah dilakukan. Dulunya menggunakan energi mesin diesel diganti menggunakan tenaga uap, menggunakan batu bara, dan nantinya bisa menggunakan tenaga air, dan lain-lain. Petani tembakau yang saat ini menggunakan kayu dan lain-lain tentunya ingin menggunakan energi baru yaitu mencoba menggunakan sinar matahari,” terang Shadana, Kamis (28/2).
Ia mengatakan, dalam produksi tembakau ini yang pernah dilakukan oleh pemerintah dalam memproduksi tembakau adalah menggunakan minyak tanah dan solar. Namun setelah energi ini dianggap tidak baik, masyarakat menggunakan kayu sampai dengan hari ini. Tetapi kalau kayu ini terus digunakan namun tidak terurus dengan baik, maka akan merusak lingkungan. “Kalau kayu tidak ada, masyarakat akan tebang kayu yang ada di halamannya. Tentunya ini akan membuat lingkungan menjadi rusak, sehingga perlu dilakukan terobosan dalam menjaba tantangan zaman ini,” paparnya.
Dengan adanya perbuatan seperti itu, PT Shadana sendiri sudah memberikan program kepada semua petani binaannya. Yaitu dengan meminta semua petani menanam pohon turi di sawah masing-masing. Nantinya pohonnya akan ditebang pada saat petani membutuhkan untuk mengoven tembakau. Hanya saja, pohon turi ini bisa ditebang setelah berumur 3 hingga 4 tahun. “Untuk itu, melihat adanya energi matahari yang bisa dimanfaatkan dengan gratis, maka PT Shadana memberikan solusi bagi petani binaannya untuk merajang tembakaunya yang kemudian dijemur sebagai solusi,” jelasnya.
Ditegaskannya, tembakau yang dirajang ini merupakan tembakau virginia atau tembakau yang biasa ditanam masyarakat dan kemudian dioven. Tetapi, untuk menghemat biaya produksi, ia menyarankan kepada petaninya agar tembakau virginia ini dirajang kemudian dijemur. Artinya, tembakau petani tidak musti harus dioven agar bisa dibawa ke gudang PT Shadana, tetapi bisa dengan dirajang. “Jangan salah pikir, petani binaan Shadana ini tetap menanam tembakau virginia, tetapi cara produksinya tidak dioven, namun dirajang kemudian dijemur. Alat-alatnya juga kami sudah sediakan,” tegsanya.
Jumlah petani binaan PT Shadana sendiri mencapai 2000 petani. Dari jumlah ini, tentunya bukan semuanya yang akan diminta menanam tembakau yang akan diproduksi dengan cara dirajang, tetapi ada beberapa saja yang memang bersedia. “Untuk menuju 25 tahun ke depan dan tembakau ini tetap berlajut, tentunya harus kita mulai dari sekarang. Tembakaunya sama virginia, tetapi prosesnya itu dirajang,” ujarnya.
Apakah dengan menanam tembakau virginia ini dan diproses dengan dirajang akan menguntung petani itu sendiri, jawabannya memang belum tentu karena ini sebuah proses. Tetapi yang namanya bisnis, tentunya harus untung. Hanya saja, harganya harus kompetitif. Artinya harga tidak perlu terlalu mahal, karena biayanya juga lebih murah. “Saya rasa ini lebih efesien, salah satunya petani tidak perlu membeli kayu dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak untuk membeli pupuk. Pengolahan juga lebih sederhana,” katanya.
BACA JUGA: KPPU Didukung Usut Pembelian Tembakau Virginia
Shadana juga menyampaikan, penerapan sistem seperti ini bukan kali pertama dilakukan. Tetapi penerapan tembakau virginia yang dirajang sudah berlaku sudah lama, terutama di Dompu. “Kita meminta petani menanam tembakau virginia dan dirajang tentunya kita selaku mitra siap mengambil tembakau serta membiayai semuanya,” ujarnya.
Kelebihan merajang tembakau virginia ini, sambungnya, petani tidak perlu mencari lahan yang banyak. Tetapi petani ini cukup menggunakan lahan yang sudah ada. Sehingga biaya yang dikeluarkan jauh lebih efisien dari pada menanam tembakau yang harus dioven seperti yang dilakukan saat ini. “Banyak keuntungan yang ditawarkan dalam merajang tembakau ini, bisa mengurangi pupuk, juga petani tidak perlu menyewa lahan. Tetapi ini kan masih proses, tidak diterapkan di semua petani binaan Shadana, tetapi bagi yang mau,” tandasnya. (wan)