MATARAM — Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan adanya kontraksi ekonomi daerah pada awal tahun 2025, dipengaruhi oleh fluktuasi sektor pertambangan. Kendati demikian, Bank Indonesia tetap optimis bahwa perekonomian NTB dapat bertumbuh, berkat resiliensi sektor pertanian.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTB, Berry Arifsyah Harahap mengungkapkan bahwa sektor pertanian menunjukkan potensi pertumbuhan ekonomi yang signifikan, dengan proyeksi kenaikan lebih dari 5 persen tahun ini, yakni diproyeksi di angka 6,1 persen – 6,9 persen. Faktor cuaca yang mendukung menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan sektor pertanian di NTB.
“Sektor pertanian menjadi penopang utama ekonomi NTB, di luar non tambang. Kami melihat visi misi Gubernur NTB selaras dengan program Bank Indonesia dalam meningkatkan peran sektor ekonomi di luar tambang,” kata Berry Arifsyah Harahap, Rabu (7/5).
Meskipun ekonomi NTB mengalami pertumbuhan kontraksi pada triwulan I-2025, disebabkan sektor pertambangan, namun data konsumsi rumah tangga di NTB justru menunjukkan tren positif. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat NTB masih terjaga, yang sebagian besar ditopang oleh sektor pertanian.
Berry juga menyoroti peran strategis pertanian dalam struktur ekonomi daerah. Dengan tingginya keterlibatan tenaga kerja, sektor ini menjadi kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan. Oleh karena itu, Ia mendorong Gubernur NTB Lalu Muhammad Iqbal bersama Wakil Gubernur Indah Damayanti Putri, turut berkomitmen untuk mengembangkan sektor pertanian secara menyeluruh, mulai dari pertanian pangan, perkebunan, hortikultura, peternakan, hingga perikanan.
Dalam upaya meningkatkan produktivitas, Berry menggarisbawahi perlunya optimalisasi hasil pertanian, seperti peningkatan produksi padi dari 6 ton per hektare menjadi 9 ton per hektare dengan penggunaan bibit unggul. Selain itu, pengembangan sektor rumput laut di NTB juga dinilai memiliki prospek besar, merujuk pada kesuksesan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang telah membangun industri pengolahan rumput laut untuk ekspor.
Menurut Berry, hilirisasi produk pertanian dan perikanan menjadi langkah krusial untuk meningkatkan nilai tambah bagi ekonomi daerah. Dengan strategi yang tepat, NTB dapat memaksimalkan potensi sumber daya alamnya serta mempercepat pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
“Dengan penguatan sektor pertanian yang terarah dan produktivitas yang terus ditingkatkan, kami optimis ekonomi akan tumbuh positif dan lebih baik dari kondisi 2024,” imbuhnya. (luk)