
MATARAM–Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), menggelar kegiatan Advokasi dan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE), terkait pengasuhan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), serta program Taman Asuh Anak (Tamasya), Rabu (4/6).
Kegiatan yang diikuti oleh 30 mitra kerja BKKBN ini, bertujuan menyusun Policy Brief dan infografis yang relevan untuk mempercepat penanganan stunting di NTB.
Sekretaris Perwakilan BKKBN NTB, Johari Effendi, menjelaskan bahwa Policy Brief ini disusun sebagai pedoman strategis yang dapat dijadikan rujukan oleh pemangku kebijakan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam merumuskan langkah-langkah konkret percepatan penurunan angka stunting.
“Policy Brief ini merupakan acuan strategi yang dapat dimanfaatkan stakeholder, termasuk Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam menetapkan regulasi penanganan stunting, baik dalam bentuk Peraturan Gubernur, Peraturan Bupati, maupun Surat Edaran,” jelas Johari Effendi kepada Radar Lombok, Rabu (4/6).
Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan akademisi, organisasi perangkat daerah (OPD) KB dari seluruh kabupaten/kota di Pulau Lombok, serta lembaga swadaya masyarakat (NGO) yang konsen pada isu intervensi stunting. Para peserta diberi kesempatan memberikan masukan terhadap draf Policy Brief yang telah disusun bersama oleh BKKBN NTB.
“Draf ini kami sajikan untuk diperiksa oleh peserta. Masukan yang relevan sesuai kondisi lokal di masing-masing daerah akan dimasukkan ke dalam versi final Policy Brief,” tambah Johari.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 menunjukkan bahwa prevalensi stunting di NTB justru mengalami kenaikan sebesar 5,2 persen, dari 24,6 persen pada 2023 menjadi 29,8 persen pada 2024. Melonjaknya angka ini mendorong BKKBN NTB untuk memperkuat strategi dan kolaborasi lintas sektor.
Dari hasil analisis yang disampaikan para akademisi dan mitra kerja, teridentifikasi dua penyebab utama yang mempengaruhi peningkatan angka stunting. Pertama tingginya angka pernikahan anak di NTB. Kedua karena terganggunya fokus program akibat pengaruh anggaran pada tahun politik (Pilkada).
“Kegiatan yang kita lakukan di tahun 2023 secara masif itu banyak yang tidak tersentuh ditahun 2024. Pendampingan terhadap keluarga beresiko stunting juga di NTB tahun 2024 masih relatif rendah yakni diangka 46 persen. jadi ada 54 persen keluarga belum mendapatkan pendampingan,” kata Johari.
Oleh karena iru melalui Policy Brief ini, BKKBN NTB juga turut menyosialisasikan lima program Quick Win percepatan penanganan stunting untuk tahun 2025. Kelima program tersebut adalah Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), Taman Asuh Anak (TAMASYA), Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), Lansia Berdaya (SIDAYA) dan terakhir AI Super Apps Keluarga.
Kegiatan advokasi dan KIE ini menjadi langkah strategis bagi BKKBN NTB dalam membangun sinergi multi-pihak guna mencapai target penurunan angka stunting yang lebih optimal di tahun-tahun mendatang, khususnya menjelang 2025 sebagai momentum percepatan.
“Diharapkan kelima Quick Win ini bisa memberikan dampak nyata terhadap pencapaian program Bangga Kencana sekaligus percepatan penurunan stunting,” ujarnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP2KB) Kota Mataram, H. Muhammad Carnoto, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut, menegaskan pentingnya edukasi sejak dini dalam mencegah stunting, khususnya melalui pendekatan pada remaja putri.
“Kalau kita ingin membangun SDM unggul, maka kita harus mulai dari ibu. Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Karena itu, intervensi stunting harus dimulai dari hulu, sejak masa remaja,” katanya.
Untuk mendukung hal tersebut, Kota Mataram aktif menggalakkan program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di setiap sekolah. Program ini bertujuan memberikan pemahaman kesehatan reproduksi dan kesiapan menjadi ibu yang sehat secara fisik dan mental.
“Jika remaja putri sehat dan berpendidikan, maka ketika menikah dan menjadi ibu, mereka siap secara matang. Ini langkah penting dalam pencegahan stunting dari hulunya,” pungkas Carnoto. (rat)