Tangan Kreatif Nur’aini, Sulap Popok Bayi Bekas Menjadi Pot Bunga Cantik

    KREATIF: Ratusan pot bunga dari bekas sampah popok bayi yang telah diolah bisa bernilai ekonomis. (SUDIRMAN/RADAR LOMBOK)

    Terinspirasi Pembuangan Sampah di Sungai, Harga Cuma Rp 15 Ribu

    Marakanya limbah pampers atau popok bayi menjadi perhatian serius Nur’aini, seorang ibu rumah tangga asal Dusun Belencong Desa Midang Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat. Berkat tangan kreatifnya, Nur’aini telah mampu menyulap popok bayi bekas menjadi pot bunga cantik.

    SUDIRMAN-LOMBOK BARAT

    NAMA Nur’aini cukup populer selama ini. Ibu rumah tangga (IRT) asal Dusun Belencong Desa Midang Kecamatan Gunungsari ini adalah satu perempuan kreatif. Ia sudah banyak menelurkan karya dari tangan dinginnya.  Salah satunya adalah menjadikan popok bayi bekas sebagai pot bunga.

    Ratusan pot bunga cantik berjejer di rumahnya saat Koran ini menemuinya, kemarin. Namun pot bunga berbeda dari kebanyakan pot bunga yang biasanya terbuat dari batu atau semen selama ini. Semua pot bunga itu terbuat dari popok bekas yang dibuang warga selama ini.

    Nur’aini sendiri mengaku menggeluti kreativitas itu sejak bulan Oktober 2019. Ia memulai ide kreatifnya setelah melihat banyaknya popok bayi bekas yang berserakan. Parahnya lagi, popok bayi bekas ini tak dibuang ke tempat sampah melainkan ke sungai. Inilah yang membuat Nur’aini miris dan berinisiatif untuk mengolah kembali popok bayi bekas.

    Awlanya, gel pampersnya harus dibersihkan dulu. Yang diambil jadi pot cuma kulitnya. ‘’Kalau gelnya mudah terurai dan bagus juga jadi pupuk organik,’’ tutur Nur’aini kepada Radar Lombok, Selasa (2/3).

    Nur’aini sendiri mengaku sudah menghasilkan ratusan pot bersama satu karyawannya. Setiap hari  bisa menghasilkan 10 sampai 15 pot bunga. Sedangkan bahan bakunya dari popok dicampur semen. Popok bayi bekas sendiri didapatkan dari warga sekitar yang mengantarkan langsung ke rumahnya.

    Sembari itu, kepedulian masyarakat untuk menjaga kebersihan terus dibangun. Popok biasanya ditemukan mengapung di saluran drainase maupun sungai. ‘’Tapi kini bisa kita berikan edukasi dengan membuat pot dan bisa bernilai ekonomis,’’ katanya.

    Harga pot bunga, kata Nur’aini bervariasi. Tergantung dari jenis dan kerumitan membuatnya. Untuk pot bunga polong dihargakan cuma Rp 15 ribu. Sedangkan pot bungan yang sudah dilukis bisa mencapai Rp 30 ribu. ‘’Setiap hari saya terima dari ibu-ibu yang punya anak yang masih memakai pampers dengan hitungan per biji,’’ tambahnya.

    Nur’aini mengurai, pembuatan satu buah pot membutuhkan 5-6 pampers. Pembuatan pot bunga dari pampers ini memerlukam campuran bahan-bahan lain. Yakni semen dan kalsium putih, lalu dimasukkan ke dalam cetakan. ‘’Untuk proses pembuatan pot bunga dari pampers ini tidak membutuhkan waktu lama. Hanya membutuhkan waktu satu hari saja,” lanjutnya.

    Pot  bunga yang terbuat dari bahan dasar pampers ini memiliki beberapa kelebihan. Yakni sangat kuat dan tak mudah pecah karena sifat dari pot pampers itu sangat elastis. Selain itu, jika warnanya memudar ataupun sudah bosan dapat dilakukan pewarnaan ulang sesuai keinginan.

    Dikatakan Nur’aini, banyak orang yang tak percaya jika pot ini merupakan hasil dari daur ulang limbah pampers. Bahkan ada yang menyatakan jika yang digunakan adalah pampers baru. “Ya kalau kami pakai pampers baru rugi. Karena harga jualnya hanya Rp 15 ribu per pot,” tandasnya.

    Selain di Lombok Barat, pemasaran sudah masuk ke Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Timur. Pemesan selama ini  terus bertambah, baik pemasaran secara manual maupun online ke beberapa wilayah. ‘’Kita juga berikan edukasi ke warga untuk sama-sama menjaga lingkungan agar tidak membuang sampah popok sembarangan,’’ imbaunya. (**)

    Komentar Anda