
GIRI MENANG – Hujan lebat yang mengguyur wilayah Lombok Barat dua haru terakhir menyebabkan puluhan hektar tanaman tembakau petani terendam.
Di Dusun Telaga Lebur Kebon Sekotong, hujan menyebabkan lahan tanaman tembakau tergenang. Genangan air bahkan hingga menutupi batang tembakau. “ Ini ujian bagi kami petani tembakau. Dampak hujan kemarin tembakau kami terendam, ada juga yang rebah dan layu,” kata Mahun, pengurus Poktan Beriuk Kemos yang juga Kadus Telaga Lebur Kebon, Selasa (13/5).
Tembakau yang terendam perlu masa pemulihan. Kondisi tanaman layu akibat terendam air. Pemulihan memakan waktu beberapa hari, itupun kalau tidak terjadi hujan lagi. “ Kalau panas bisa cepat pulih tapi kalau hujan, ya bisa-bisa tanaman kami mati, itu yang sekarang dikhawatirkan petani,” ungkapnya.
Tembakau yang terdampak parah lumayan banyak, terutama yang ditanam lebih dulu. Sedangkan yang baru ditanam tidak terlalu terdampak, namun jika tetap hujan petani tetap khawatir merugi karena tembakau rusak.
Di des ini ada sekitar 44 hektar tanaman tembakau. Ia berharap ada intervensi dari pemerintah daerah sebab bagiamanapun petani tembakau berkontribusi besar terhadap DBHCHT yang diperoleh daerah. “ Kami butuh intervensi, mesin penyedot air, atau alat apa biar air tidak terlalu lama menggenangi lahan warga,” harapnya.
Ia juga berharap agar ada program bantuan melindungi petani tembakau yang selama ini semangat menanam tembakau. Daerah ini menjadi salah satu pusat pengembangan tanaman tembakau di wilayah Sekotong. Dusun ini memiliki tanah yang cocok untuk pengembangan tanaman yang menjanjikan ini.
Sejak beberapa tahun terakhir petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Beriuk Kemos di wilayah ini menanam tembakau. Dimana sebelumnya, hampir tiap musim tanam petani menanam padi, kacang dan jagung. Namun semenjak adanya kerjasama dengan perusahaan dan melihat hasil yang menjanjikan, petani pun ikut menanam tembakau. Alhasil, dibanding dengan hasil padi dan lainnya, tembakau lebih menjanjikan.
Lambat laun dengan hasil yang diperoleh petani tembakau, petani lain pun mulai ikut menanam. Pada hasil panen tahun lalu misalnya, petani mendapatkan hasil yang lumayan besar. Sekali panen mereka bisa menghasilkan 4 ton. Hasil jual pun lumayan, karena harga per kilogram tembakau musim ini dibeli perusahaan dengan harga Rp 40-Rp 50 ribu tergantung kualitas tembakau.
Disebutkan, hasil jual yang diperoleh petani pada pengiriman kedua ini bervariasi dengan kisaran Rp 9 juta-Rp 32 juta tergantung luas lahan dan kualitas daun tembakau. Ada yang memperoleh penjualan Rp 9 juta, Rp 19 juta, Rp 22 juta, Rp 25 juta dan Rp 32 juta. Kalau ditotal dengan pengiriman pertama, petani bisa memperoleh hingga puluhan bahkan seratusan juta.
Menurutnya, dengan bertambahnya petani menanam tembakau memberikan keuntungan bagi petani. Karena dari hasil panen tembakau dibandingkan menaman padi atau jagung jauh lebih besar hasil tembakau tersebut. Oleh karena itu, pihaknya terus mengajak petani menanam tembakau. Selain itu, petani juga bisa memberi sumbangan menambah DBHCHT kepada daerah.“Karena kalau semakin banyak tanam tembakau tentu DBHCHT ke daerah bertambah, kita sumbang DBHCHT ke daerah,”sambungnya.
Sehingga dari sisi perhatian berupa bantuan kepada petani juga tentu lebih diperhatikan oleh Pemda. Sejauh ini sudah ada bantuan Dinas Pertanian kepada petani tembakau di wilayahnya. Namun petani sudah ada yang mandiri dan ada juga yang didukung oleh perusahaan.(ami)