Taman Ayu Andalkan Wisata Budaya

TRADISI: Tradisi nyesek warga Desa Taman Ayu Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat yang masih dilestarikan hingga saat ini (IST/RADAR LOMBOK)

GIRI MENANG – Desa Taman Ayu Kecamatan Gerung selain dikenal dengan wisata alam pantainya, juga punya kekayaan seni budaya yang masih terjaga kelestariannya hingga saat ini. “Mungkin orang taunya Pantai Induk dan PLTU, tapi kami punya banyak kesenian dan budaya seperti Gendang Beleq, gamelan, kesenian wayang, budaya nyesek (tenun,red), hikayat, dan budaya lainnya yang bahkan pernah kami kemas dalam bentuk festival, dan itu yang kami prioritaskan,” ungkap Kepala Desa Taman Ayu, M. Tajudin, kemarin (13/8).

Agar tetap eksis, dan untuk menunjang profesionalitas para seniman, pihak desa secara rutin memberikan pelatihan. Terlebih di masa pandemi saat ini , para seniman jarang keluar sehingga mereka dibuatkan jadwal latihan khusus. Hal tersebut dilakukan selain bertujuan sebagai atraksi wisata, juga sebagai usaha melestarikan budaya yang sudah diwariskan leluhur.“Jadi nanti kalau ada turis yang datang, kita gak perlu harus buat event dulu, cukup mereka melihat prosesi latihan. Mungkin juga sambil mereka mencoba ikut memainkan, misalnya seperti pagelaran wayang, gamelan, gendang beleq bahkan ikut nyesek juga nanti,” paparnya.

Ia pun kemudian menceritakan satu per satu potensi kesenian budaya yang dimiliki Desa Taman Ayu, dari Gamelan dan Gendang Beleq Bongor yang memang sudah dikenal luas. Gendang Beleq di Bongor (nama dusun_red) terangnya, yang sampai disewa kesana kemari bahkan sampai ikut festival dan menang. “Ada lagi prosesi nyesek di Dusun Gunung Malang, itu potensi besar yang sudah ada dari dulu, dan setiap hari masyarakat di sana nyesek. Gak perlu ada event pariwisata atau apa, itu sudah aktivitas sehari-hari mereka,” lanjutnya.

Baca Juga :  Kondisi Taman Suranadi Memprihatinkan, Perlu Revitalisasi dan Restorasi

Selain gendang beleq, gamelan dan prosesi nyesek tadi, salah satu kesenian budaya lainnya yang ada di Desa Taman Ayu adalah wayang. Keberadaan seni wayang di Taman Ayu dikatakan Tajudin masih belum sementereng daerah lain. Hal itu diakuinya karena tema pementasan para seniman wayang di Taman Ayu lebih memilih tema yang idealis, bukan yang komersil.” Bagi orang awam mungkin wayang di sini kurang diminati karena cenderung temanya lebih idealis, berfokus pada kisah-kisah kerajaan dahulu. Beda dengan pentas wayang lainnya yang sudah bisa mengkolaborasikannya dengan cerita-cerita komersil,” katanya.

Namun, imbuhnya, bagi orang yang benar-benar paham seni pewayangan, wayang di Taman Ayu sangat diperhitungkan. Bahkan kebanyakan pengiring musik pentas wayang itu berasal dari Desa Taman Ayu. “Di salah satu festival di Jogjakarta malah wayang di desa kami pernah dapat juara tiga,” sebutnya bangga.

Baca Juga :  Terlibat Kecelakaan dengan Dua Mobil, Motor Ringsek, Pengendara Luka-Luka

Dengan potensi besar yang dimiliki Desa Taman Ayu, Tajudin berharap bisa memaksimalkan kekayaan seni budaya yang dimiliki, hingga mampu berkata banyak dikancah kepariwisataan Lombok khsusunya dalam bidang seni budaya.

Kepala Dinas Pariwisata Lobar, H. Saeful Ahkam,  menyampaikan apresiasi terhadap antusias pemerintah desa yang disebutnya dalam enam bulan terakhir memberikan dukungan luar biasa terhadap kegiatan rutin Dispar Lobar ini. “ Keterlibatan pemerintah itu luar biasa dalam kegiatan ini, kami mengapresiasi teman-teman di desa termasuk yang ada di Taman Ayu yang telah mulai membangkitkan semangat mereka, bahwa untuk membangun perekonomian di era pandemi dengan skema tumbuh bersama itu ternyata pintu masuknya bisa melalui pariwisata,” ujar Ahkam singkat.

Semangat desa ini memaksimalkan pariwisata terkendala oleh kondisi lingkungan setempat yang tercoreng oleh banyaknya aktivitas galian C. Menuju desa ini, akan banyak lalu lalang kendaraan pengangkut material bebatuan yang berasal dari pegunungan setempat. Belum lagi pantai setempat, Pantai Induk, pernah ramai oleh aktivitas pengerukan pasir pantai. “ Saya kira ini pekerjaan rumah pemerintah desa untuk menanganinya,” ungkap Mahdan, seorang warga Gerung saat berkunjung ke Pantai Induk belum lama ini. (ami/git)

 

 

Komentar Anda