Tak Kunjung Dibayar, Warga Tanami Lahan KEK Mandalika

MENANAM: Tampak warga di Dusun Serenting Desa Kuta Kecamatan Pujut sudah mulai bercocok tanam di lingkar Sirkuit Mandalika atau di atas lahan yang masih bersengketa. (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

PRAYA – Sengketa lahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika antara warga dengan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku BUMN pengelola kawasan pariwisata di Indonesia belum tuntas. Warga yang bermukim di lingkar Sirkuit Mandalika mulai memanfaatkan lahan yang mereka kuasai untuk bercocok tanam.

Juru bicara Pejuang Lahan Mandalika, M Samsul Qomar menyatakan, warga di KEK Mandalika yang masih bermukim di lingkar Sirkuit Mandalika kini mulai bercocok tanam di tanah mereka yang belum diselesaikan pembayarannya. Warga memilih bercocok tanam sembari menunggu adanya sanding data antara warga dengan ITDC. “Jadi sambil menunggu proses sanding data pada Januari mendatang, maka warga yang ada memilih untuk menanami lahannya dengan berbagai jenis tanaman seperti singkong dan bermacam tumbuhan lainnya,” beber M Samsul Qomar, Minggu (18/12).

Baca Juga :  Izin Proyek Global Hub KLU Berakhir

Dikatakan, apa yang dilakukan warga ini sangat wajar, karena lahan tersebut dikuasai masyarakat sudah puluhan tahun silam. Lahan tersebut diperoleh secara turun temurun dari kakek buyut mereka. Beberapa warga yang mulai bercocok tanam di antaranya Sibawaih, Amaq Bengkok, Amaq Menar, dan puluhan warga lainnya. “Mereka menanam berbagai jenis tanaman konsumtif dan hasilnya sebagian dijualbelikan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Kita tidak bisa melarang warga, karena warga menanami tanah mereka sendiri, kan mereka yang punya. Jadi selain untuk dijual namun hasil tanaman mereka gunakan sendiri,” tambahnya.

Baca Juga :  Pendapatan Dinilai tak Realistis, Yek Agil: Sudah Dihitung Cermat

Dari informasi yang didapatkan, selain menggunakan lahan tersebut untuk bercocok tanam, beberapa pemilik lahan juga akan membuka usaha warung dan mini restoran sesuai dengan keahlian mereka. Karena permasalahan lahan atau pembayaran lahan warga tak kunjung bisa direalisasikan. “Saya juga mendengar sudah ada beberapa investor yang tertarik untuk kerja sama dengan pemilik lahan untuk membangun penginapan dan restoran di wilayah tersebut,” terang Qomar. (met)

Komentar Anda