Sumur Bor Tenaga Surya Diusulkan

TANJUNG-Minimnya sumber air irigasi untuk 750 hektar sawah baru seluruh Kabupaten Lombok Utara (KLU), khususnya yang ada di Kecamatan Kayangan, mengharuskan ada solusi agar sawah baru tersebut bisa lebih termanfaatkan dengan baik. Salah satunya dengan pengadaan sumur bor.

Camat Kayangan, Tresna Hadi pun mengusulkan agar Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) NTB bisa membantu pengadaan sumur bor atau lebih spesifik sumur bor bertenaga surya di KLU. “Ada banyak sumur bor bermesin diesel di KLU, tetapi banyak yang tidak berfungsi karena perawatannya susah. Kita usulkan kita ganti saja sumur bor mesin diesel dengan mesin tenaga surya. Insya Allah lebih murah. Terlebih saat ini ada pilot project bermesin tenaga surya di Kecamatan Kayangan,” usul Tresna saat melakukan rapat koordinas pembangunan dengan dihadiri Kepala Biro Administrasi Pembangunan Setda NTB, I GB Sugiharta dan Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Ekonomi dan Keuangan, M. Nasir di Aula Kantor Bupati KLU, Senin kemarin  (19/9).

Baca Juga :  Dishublutkan-Disbudpar Duet Tarik Retribusi Parkir

Sugiharta menerangkan, tidak melulu solusi untuk membantu pengairan sawah baru di lahan kering adalah sumur bor, bisa juga dengan melakukan pemetaan sumber-sumber air yang ada, dengan mempertimbangkan letak sawah tersebut untuk kemudian bisa dialirkan air irigasi. Program ini ada di Distamben, tinggal disulkan saja. “Silakan diusulkan, kalau Pak Gubernur menuliskan tiga huruf Acc (disetujui), nah jalan sudah, nanti distamben memikirkan lebih lanjut,” terangnya.

Jika pun nanti mengharuskan sumur bor, perlu dikaji lebih lanjut berkaitan dengan sumur bor bertenaga surya tersebut. Artinya mana yang lebih mahal dalam jangka panjang, apakah sumur bor bertenaga surya ataukah diesel, karena sejauh ini belum ada kajian lebih lanjut berkaitan dengan hal tersebut.

Baca Juga :  Pendakian Rinjani Kembali Dibuka

Sebagai contoh tenaga surya, memang panelnya bisa bertahan sampai 20-25 tahun menyerap tenaga matahari. Namun untuk menyimpan dayanya sendiri membutuhkan baterai. “Baterai ini sangat mahal, dan terkadang setiap dua tahun harus diganti. Kalau memang ada kajian lebih murah dan mudah menggunakan tenaga surya untuk sumur bor, mari kita gunakan tenaga surya, dan nanti saya akan sampaikan ke Distamben,” terang mantan pejabat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) NTB ini.

Lebih lanjut Asisten II Setda KLU, Melta menerangkan, dari total 750 hektar sawah baru yang ada di KLU, lebih dari 70 persen merupakan lahan tadah hujan. Untuk melakukan penanaman padi menggunakan sistem ladang padi gaga atau hanya mengandalkan air hujan. Sehingga kiranya perlu disikapi untuk membantu pengairannya. (zul)

Komentar Anda