Sukiman-Suhaili Lawan Tanding Sepadan untuk Zul-Rohmi

Sukiman-Suhaili (DOK/RADAR LOMBOK)

MATARAM–Partai pendukung Zul-Rohmi diboikot oleh mayoritas parpol di DPRD NTB saat pemilihan pimpinan alat kelengkapan DPRD (AKD) NTB, awal Maret lalu. Sehingga praktis, NasDem dan PKS tak satu pun menduduki kursi pimpinan, baik di Komisi, Badan Kehormatan dan Badan Pembentukan Perda.

Akibatnya, terbentuk polarisasi dukungan, yakni kubu pendukung Zul-Rohmi dan kubu oposisi. Dua kubu ini diperkirakan sebagai cikal bakal persaingan menuju Pilkada NTB 2024. Bahkan kini muncul narasi sasak bersatu dari kubu oposisi.

Pengamat Politik Universitas Mataram Dr Saipul Hamdi melihat salah satu pekerjaan rumah dari narasi sasak bersatu adalah mencari tokoh atau figur yang bisa jadi lawan tanding Zul-Rohmi di Pilkada 2024. Ia menilai, duet Sukiman-Suhaili sedang dicoba dilemparkan ke publik dari narasi sasak bersatu itu. Kubu oposisi sedang mengukur sejauh mana respons publik atau penerimaan publik terhadap kemungkinan duet Sukiman-Suhaili tersebut. “Sukiman-Suhaili lawan sepadan Zul-Rohmi,” ucap alumni Fisipol UGM Yogyakarta itu, kepada Radar Lombok, Selasa kemarin (29/3).

Namun yang menjadi pertanyaan menurut Saipul, mampukah kubu oposisi menjaga ritme politik, mempertahankan kekompakan hingga jelang Pilkada NTB 2024. Jika kekompakan ini bisa dipertahankan, maka paslon yang diusung kubu oposisi bisa jadi ancaman besar bagi Zul-Rohmi untuk melanjutkan periode kedua.

Baca Juga :  Soal Dana Fiktif Perdin Bappeda NTB, Ini Kata Sekda

Menurut Direktur ICS Unram ini, jika Sukiman-Suhaili mampu menyakinkan parpol oposisi sebagai kandidat sepadan untuk lawan tanding Zul-Rohmi, maka besar kemungkinan parpol oposisi bisa tetap menjaga ritme politik di parlemen hingga Pilkada NTB.

Tetapi setidaknya menurut Hamdi, perlawanan dilakukan oposisi dengan memboikot parpol pendukung Zul-Rohmi di AKD, menjadi langkah awal yang baik bagi Sukiman-Suhaili untuk bisa terus merawat polarisasi politik itu. “Akan muncul istilah asal bukan Dr Zul,” tandasnya.

Pengamat politik lainnya, Ihsan Hamid mengatakan, polarisasi politik di DPRD NTB saat proses pemilihan AKD, sangat mungkin akan menggambarkan kontestasi politik menuju Pilkada NTB.

Jika Zul-Rohmi Jilid II dipertahankan, itu artinya Zul-Rohmi berpotensi jadi musuh bersama dari parpol di luar PKS dan NasDem. Ia menyarankan perlu ada perubahan pendekatan dan pola komunikasi politik Zul-Rohmi terhadap elite parpol oposisi. Sehingga perlawanan dari kubu oposisi yang mayoritas di parlemen, bisa diredam dan tidak berlanjut di Pilkada NTB. “Di sinilah kemahiran politik Dr Zul akan dilihat,” terangnya.

Baca Juga :  Dewan Heran Anggaran Rumah Tangga Gubernur dan Wagub Capai Rp 10 Miliar

Pengamat Politik Agus, M.Si mengatakan, ada beberapa identifikasi sumber-sumber kekuatan politik di pilkada. Di antaranya, birokrasi, ormas, investor atau dunia usaha, media, termasuk parforma calon.

Jika melihat indikator tersebut, Sukiman-Suhaili memiliki semuanya, tetapi tidak utuh. Karena keduanya tidak lagi jadi petahana. “Tetapi Sukiman-Suhaili sama-sama punya saham di birokrasi karena saat ini Sukiman menjabat sebagai Bupati Lotim dan Suhaili adalah mantan Bupati Loteng,” ujar juga mantan Komisioner KPU NTB ini.

Selain itu, keuntungan Sukiman-Suhaili dari sisi demografi elektoral. Di mana jumlah pemilih di Lotim 25 persen dan Loteng 21 persen dari populasi jumlah di NTB. Apalagi diketahui, bahwa Suhaili pada Pilkada NTB 2018 menang telak di Loteng. “Jika ini mampu dikelola dengan baik oleh Sukiman-Suhaili, maka paslon ini besar peluang untuk menang, dan jadi ancaman serius Zul-Rohmi,” pungkasnya. (yan)

Komentar Anda