Sudah Sering Saya ‘Ditusuk-Tusuk’ Pak

Ragam Tingkah Warga yang Terkejut Dihentikan di Pos Penyekatan PPKM Darurat

POS PENYEKATAN : Salah satu warga yang disetop petugas di pos penyekatan Bundaran Mentaram Metro, kemarin. (ALI MA’SHUM/RADAR LOMBOK)

Beragam ekspresi warga masyarakat saat disetop di posko penyekatan PPKM darurat. Ada yang bingung tidak tahu kenapa disetop petugas. Lalu ada juga yang pasrah. Kemudian ada yang kaget dan tidak sadar uang di tas jatuh ke jalan. Selanjutnya ada yang mengomeli petugas karena sudah sering di-swab tes.

PPKM darurat memasuki hari kedua (13/7) di Kota Mataram. Direncanakan berlangsung sampai 20 Juli mendatang. Selama PPKM darurat dilaksanakan, sejumlah kegiatan masyarakat dibatasi.

Warga luar daerah juga dibatasi masuk ke Mataram. Disiapkan empat pos penyekatan di pintu masuk Kota Mataram. Di pos penyekatan ini dilakukan pemeriksaan. Tidak membawa KTP, tanpa kartu vaksin dan hasil negatif PCR, warga luar daerah dilarang masuk ke ibu kota. Mereka akan langsung diarahkan putar balik atau ikut swab tes.

Pos penyekatan salah satunya di Bundaran Monumen Mentaram, Jempong. Pemeriksaan dimulai tepat pukul 09.00. Barier pembatas berwarna orange dipasang petugas. Mobil dan motor mulai disetop petugas. Awalnya berjalan lancar karena warga bisa menunjukkan kelengkapan yang dibutuhkan.

Sepuluh menit berselang, motor matic Honda Beat disetop petugas. Pengendaranya seorang wanita bernama Solehah. Dia membonceng wanita tua yang membawa ember hitam. Tapi yang dibonceng tidak menggunakan helm. Dia hanya memiliki KTP dan tidak pernah divaksin.

Baca Juga :  Tidak Hadir Tanpa Keterangan, Dua Peserta SKB Gugur

Suara Solehah lantang terdengar saat diminta untuk mengikuti swab tes. Dia tidak setuju karena sudah sering di-swab. ‘’Sudah sering saya ditusuk-tusuk pak. Sakit ditusuk hidungnya. Kenapa ini mau ditusuk lagi,’’ katanya kepada petugas.

Karena Solehah terus bersuara, Evi Aprianti, petugas dinas perhubungan (Dishub) datang menghampirinya. Lalu diberikan penjelasan untuk bersedia di swab. ‘’Kalau tidak mau ibu putar balik saja kembali ke rumah,’’ ungkap Evi.

Sambil menggerutu dan merasa berat, Solehah bersedia untuk di-swab. Dia pun antri bersama warga lainnya yang disetop di pos penyekatan. ‘’Saya ini mau beli ikan di Ampenan. Masa ditusuk lagi (swab),’’ sesalnya.

Lain lagi saat petugas kepolisian menyetop salah seorang pengendara. Karena tidak pernah divaksin, diarahkan untuk ikut swab tes. Tapi Abdul Hafid, petugas kepolisian yang saat itu berjaga cukup terkejut saat meminta KTP kepada pengendara. Pengendara pria ini membawa cukup banyak KTP. Dia lalu bingung menunjukkan KTP miliknya. Karena yang dibawa adalah TKP nasabah koperasi. ‘’Tunjukin KTP punya kamu saja. Kenapa ini banyak sekali KTP yang dibawa,’’ kata Abdul Hafid.

Baca Juga :  Dokter RSUD Provinsi NTB Jadi Tim Dokter Pada Ajang SEA Games di Vietnam

Grogi dan takut disetop petugas memang lumrah. Tapi rasa kikuk tak jarang bisa menyebabkan hilang kendali. Seperti yang dialami salah satu pengendara motor di pos penyekatan Bundaran Mentaram Metro. Lelaki asal Sekotong grogi disetop petugas.

Saat mencari KTP di dalam tasnya, puluhan uang pecahan Rp 100 ribu berjatuhan di jalan. Dia terlihat takut dan petugas berupaya menenangkannya. ‘’Ini cuma pemeriksaan biasa pak. Bapak tunjukin KTP-nya dan kartu vaksin. Kalau tidak punya bapak putar arah saja,’’ ungkap Evi kepada lelaki yang mengaku akan ke Mataram menemui keluarganya. Lelaki ini memilih putar arah ke Sekotong.

Petugas juga cukup dipusingkan dengan beragam alasan pengendara agar tidak di-swab. Seperti ada yang mengaku tiba-tiba sakit. Lalu merasa alergi. Hingga beralasan baru selesai menjalani karantina. Karena itu tidak bisa di-swab sementara waktu. ‘’Banyak sekali alasannya. Masa dibilang baru selesai karantina. Mestinya kan dia tidak keluar bekerja dulu,’’ terang Evi Aprianti. (ali ma’shum)

Komentar Anda