Banyak korban penyalagunaan narkotika yang akhirnya sadar bahaya barang haram itu. Mereka bangkit lalu memberikan penyadaran ke masyarakat dampak negatifnya.
Ahmad Yani — Mataram
Kamis siang kemarin (5/10) masih menggunakan seragam kuliahnya, Radar Lombok berbincang – bincang dengan Suci – panggilan akrab – Suciyanti Ramadani. Suci seperti gadis pada umumnya. Namun siapa sangka, Suci Ramadani adalah konselor adiktif narkotika termuda di NTB.
Menjadi pecandu narkotika selama 5 tahun, membawa Suci menjadi seorang konselor. Meski, usia Suci terbilang masih sangat muda, namun pahit dan getir sebagai pecandu barang haram itu sudah dirasakannya. Akibat dari ketergantungan mengkonsumsi narkotika itu, ia sempat dikucilkan orang tua. Tak terkecuali, stigma negatif acap kali diterima dari masyarakat sekitarnya. " Ini semua menjadi motivasi terbesar saya untuk pulih dari ketergantungan,'' kata Suci.
Dengan tekad, kesungguhan dan komitmen untuk pulih, Suci pun berjuang untuk sembuh dari ketergantungan barang haram itu. Ia menjalani rehab di RSJ Provinsi dan pusat rehabilitasi narkotika Lido Bogor milik Badan Narkotika Nasional (BNN).
Suci bertekad ingin membuktikan bahwa, mereka yang menjadi pecandu bisa berguna dan bermanfaat bagi orang lain. " Makanya sesuai pulih dari ketergantungan, saya pilih menjadi konselor. Saya ingin buktikan eks pecandu bisa berguna dan bermanfaat bagi orang lain," ujar mahasiswi semester III Politeknik Kesehatan itu.
Ia menuturkan, bahwa dirinya sudah bersentuhan dengan narkotika sejak duduk di bangku SMP. Awalnya, ia coba – coba. Semua akibat dari bujuk rayu temannya dan pergaulan salah yang dilakoni kala itu. Dengan jiwa masih labil dan penasaran, akhirnya ia terjerumus dalam ketergantungan narkotika. Kehidupannya pun berubah drastis. Sekolah menjadi berantakan. Ia sempat beberapa kali pindah sekolah ketika SMA.
Hasrat dan keinginan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, juga menjadi motivasi dan spirit bagi Suci agar pulih dan sembuh dari ketergantungan narkotika. " Setelah pulih saya kemudian kuliah dan saat ini semester III," ujarnya.
Suci kini aktif menjadi relawan dalam komunitas AKSI NTB. Komunitas ini digawangi anak – anak muda yang konsen dalam rehabilitasi sosial terhadap korban Napza tersebut. Sebagai eks pecandu, ia bisa merasakan bagaimana ketar ketir maupun kesulitan dihadapi para pecandu narkotika ini. Mereka acap kali dikucilkan keluarga sendiri dan menerima stigma negatif dari masyarakat sekitarnya. Tak mudah bagi pecandu melewati semua itu. Terutama pulih dari ketergantungan barang haram tersebut.
Dengan pengalaman sebagai relawan di AKSI NTB dalam penanganan rehab bagi korban narkotika, Suci menjalani tes sebagai konselor adiktif narkotika di BNN. Melalui serangkaian tes dan pelatihan, Suci pun ditetapkan sebagai konselor. Bahkan, ia pun memperoleh dua sertifikat pelatihan konselor dalam satu tahun. " Karena itu, saya sempat di kontrak BNN menjadi konselor," ungkapnya.
Setelah kontrak di BNN selesai, Suci kini fokus menjadi konselor adiktif di AKSI NTB.
Sudah hampir satu tahun sebagai konselor. Berbagai suka duka sudah dirasakan selama menjadi konselor.
Saat ini, ia sedang memberikan pendampingan 3 remaja yang mengalami ketergantungan narkotika agar pulih. Diakui, tidak mudah lepas dari keteragantungan barang haram ini. Namun dia optimistis, mereka menjadi pecandu bisa pulih dan sembuh, asalkan ada dukungan dari orang terdekatnnya terutama orang tua. " Bahkan ketika diberikan kesempatan berubah, pecandu pun bisa berprestasi,'' pungkasnya.(*)