MATARAM – Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram menempati posisi 5 besar Top IKU (Indikator Kinerja Utama) PTS LLDIKTI VIII Bali dan NTB dalam bidang kerja sama.
“Kerja sama kami ranking 5 dari 105 perguruan tinggi Bali – NTB,” kata Ketua STP Mataram, Halus Mandala, Senin (30/9). Halus Mandala didampingi Ketua Panitia Wisuda tahun 2024, Sri Susanti, Ketua Tracer Study Lalu Mahsar, Sekretaris Program Vokational, Danu Satria Prayuda dan Waka Bidang Akademik I Wayan Sutedja.
Halus mengatakan bahwa IKU itu berimplikasi pada penyerapan mahasiswa training. Pasalnya, jejaring ini akan bekerja menyebarkan ke sejumlah mitra di sektor industri disamping adanya dosen dan praktisi yang mendistribusikannya. Hal ini dinilai penting karena output perguruan tinggi yang bisa diterima bekerja di dunia industri menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan yang diperhitungkan masyarakat.
Menurutnya, lowongan kerja yang disebarkan ke STP datang hampir tiap pekan, sehingga, pihaknya berani menyatakan bahwa 90 persen lebih mahasiswa yang akan diwisuda sudah bekerja di sektor pariwisata, termasuk pada usaha keluarga dan jasa, seperti marketing, online dan distributor.
Halus mengatakan banyak mahasiswa terserap ke sektor industri sebelum lulus, disebabkan kinerjanya dilihat mumpuni semasa magang maupun training.
“Di Sheraton mahasiswa training baru 3 bulan, lima mahasiswa bisa langsung diterima,” tambahnya.
Selain kerja sama di dalam negeri, juga untuk bekerja di luar negeri salah satunya dilakukan dengan PT INA yang memiliki jaringan dengan hotel di Jepang. Tahun ini sebanyak 20 orang yang dibutuhkan untuk mengisi peluang kerja hotel di Jepang, namun hanya 13 mahasiswa yang berminat.
Tahun ini STP Mataram akan mewisuda 126 sarjana S1, 33 orang D3 Perhotean dan 21 orang D3 PW. Sekira 53 persen dari sebanyak 180 orang yang akan diwisuda pada Selasa (1/10), menyatakan diri sudah bekerja. Hal itu diketahui setelah mereka mengisi google form yang disodorkan pihak STP.
Kendati yang mengisi google form hanya 53 persen, Halus menilai secara faktual wisudawan yang sudah bekerja lebih dari 90 persen karena banyak di antaranya sudah memiliki usaha sendiri. Sebutlah calon wisudawan yang sudah bisa mendapatkan penghasilan dari medsos sebesar Rp25 juta sebulan. Terdapat pada calon wisudawan yang orang tuanya memiliki perusahaan.
Output STP Mataram yang mudah diterima dunia industri tidak lepas dari rekrutmen dan kerjasama yang terus menerus dengan dunia usaha baik nasional maupun internasional. Sebelum diterjunkan training maupun magang, mahasiswa dibekali dengan berbagai persiapan untuk meningkatkan kualitas diri.
“Ada dua orang yang bekerja di kapal pesiar yang akhirnya tidak bisa ikut dalam acara wisuda, ” kata Halus.
Tidak sedikit yang sudah diterima bekerja semasih menjadi mahasiswa, termasuk 5 mahasiswa S1 mendapat peluang kerja di salah satu hotel berbintang.
Terkait cita-cita tahun 2025, Halus mengemukakan setelah membuka S1 Pariwisata sejak beberapa tahun lalu, STP Mataram akan membuka jenjang pascasarjana. Kendati jumlah dosen berkualifikasi S3 sudah mencukupi, persoalan masih tersandung pada akreditasi S1 yang masih berkatagori baik. Halus mengharapkan setelah meluluskan S1 tahun ini nilai akreditasi bisa berubah menjadi baik sekali, sehingga jenjang ini bisa segera dibuka tahun 2025 dan menjadi satu-satunya di NTB.
“Akreditasi S1 Baik tahun lalu, kami berharap S1 Pariwisata terakreditasi baik sekali. Karena tantangannya tinggal ini saja,” katanya. (rl)