Stok Menipis, Harga Daging Sapi Melonjak Naik

HARGA MAHAL : Salah satu penjual daging sapi di pasar kebon roek tengah melayani pembeli hari ini.(DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK)
HARGA MAHAL : Salah satu penjual daging sapi di pasar kebon roek tengah melayani pembeli hari ini.(DEVI HANDAYANI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Harga beberapa komoditi di pasar masih tinggi. Apalagi memasuki lebaran ketupat. Salah satunya harga daging sapi tembus Rp 150 ribu perkilogram (kg).

Berdasarkan pantauan Radar Lombok hari ini (30/5) di pasar Kebon Roek, Ampenannl, sejumlah pedagang mengaku jika harga daging sapi melonjak naik. Kenaikan tersebut dikarenakan stok yang berkurang dan tidak adanya sapi hidup dijual.

“Harganya naik dari puasa kemarin, stoknya juga menipis. Apalagi pasar sapi di lockdown (tutup sementara, red),” kata Salah seorang pedagang daging sapi, Hj. Marjanah, Sabtu (30/5).

Ia mengaku, dengan ditutupnya pasar hewan di Selagalas, para pedagang kesulitan untuk mencari sapi siap potong. Agar tetap bisa memasok daging di pasar, para pedagang membeli sapi di kampung-kampung.

“Jadi mau tidak mau kita beli sapi peliharaan sendiri. Orang – orang yang tidak mau jual kita paksa jual,” ucapnya.

Kendati demikian, harga jual diberikan pun terbilang tinggi. Hal tersebut juga yang mempengaruhi harga daging sapi di pasar menjadi naik.

“Harga dikasi mahal, terus belum lagi biaya potongnya. Bukannya untung tapi rugi kita,” keluhnya.

Sementara untuk minat pembeli, diakui cukup tinggi. Apalagi jelang lebaran kemarin dan lebaran ketupat Minggu besok. Namun para pedagang belum bisa memenuhinya karena persediaan yang menipis. Harga daging yang tinggi ini terjadi sejak menjelang lebaran kemarin.

“Permintaan tinggi. Tapi kan sapinya tidak ada. Kalau kita mau tingkatkan harga juga tidak bisa. Murah juga kita yang rugi,” tuturnya.

Tak jauh berbeda dengan, Rumiah mengaku, kenaikan harga daging berlangsung sejak satu bulan lalu. Lantaran stok menipis membuat harga jualnya menjadi naik.

“Naik harga dari puasa kemarin. Stoknya juga menipis, sapi yang dijual juga tidak ada,” ujarnya.

Apalagi, dengan adanya virus Corona (Covid-19) yang membuat sejumlah pergerakan dibatasi. Sehingga berimbas pada harga menjadi naik. Selain itu, ketersediaan daging pun berkurang.

“Stok berkurang, harga jadi naik. Padahal pembelinya banyak. Karena orang butuh juga,” katanya.

Diakuinya, sebelum penyebaran virus Corona jumlah daging sapi yang mampu terjual dalam sehari yaitu mencapai 300 – 450 kg. Sayangnya, kini justru menurun. Tak banyak daging sapi dapat terjuai, saat ini yang mampu terjual hanya 150 kg per hari.

“Ya sebelumnya yang dulu – dulu sebelum Corona ini, kita jual 300 – 450 kg per hari. Sekarang ini, dibagi dua ada yang 150 – 200 kg per hari. Itu sudah banyak. Sekarang ini semua sulit sudah,” imbuhnya.

Tidak saja daging sapi, beberapa kebutuhan pokok yang lain seperti daging ayam juga mengalami hal yang sama. Saat ini harga daging ayam mencapai Rp 40 ribu per kg. Padahal biasanya Rp 35 – 37 ribu per kg. Kenaikan harga daging ayam ini karena persediaan yang menipis.

Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), Hj Budi Septiani mengaku, jika ketersediaan untuk daging sapi di NTB surplus. Sehingga dapat memenuhi permintaan pasar.

“Insyaallah kalau untuk ketersedian aman, jadi kalau soal itu tidak ada kekhawatiran,” katanya.

Disisi lain, untuk kebutuhan daging sapi saja dalam kondisi normal pun NTB masih cukup. Apalagi saat ini kondisi tidak normal, tentunya lebih dari cukup (ketersedian). Mengingat, produksinya saja mencapai ratusan ribuan ekor pertahun. Sedangkan kebutuhan NTB dalam satu tahun, hanya 72 ribu ekor kondisi normal.

“Kebutuhan kita kalau pertahun itu 72 ribu ekor sapi dipersiapkan, untuk beberapa kebutuhan lainnya,” imbuhnya. (dev)

Komentar Anda