STIKes Hamzar Cetak SDM Berkualitas dan Profesional

Ketua Dewan Yayasan Maraqitta’limat , Dr TGH Hazmi Hamzar saat memberikan apresiasi kepada mahasiswa berprestasi.

MATARAM – Yayasan Maraqitta’limat, STIKes Hamzar menggelar sidang Senat Terbuka Wisuda dan Pengambilan sumpah profesi. Kegiatan itu, berlangsung di Hotel Lombok Raya, Selasa (27/12).

Dalam prosesi wisuda itu dihadiri oleh Asisten III Setda NTB dr Hj Nurhandini Eka Dewi, Kepala LLDIKTI Wilayah VIII I Gusti Lanang Bagus Eratodi, Ketua Dewan Yayasan Maraqitta’limat , Dr TGH Hazmi Hamzar SH MH CIL, serta tamu undangan dan orang tua para wisudawan maupun wisudawati.

Ketua Dewan Yayasan Maraqitta’limat Dr TGH Hazmi Hamzar berpose bersama mahasiswa yang berprestasi.

 “Alhamdulillah, prosesi wisuda dan pengambilan sumpah profesi berjalan lancar. Saya berpesan kepada semua yang wisuda hari ini supaya tetap mengabdi dan mengamalkan ilmunya untuk umat, masyarakat, dan negara,” kata Ketua Dewan Yayasan Maraqitta’limat , Dr TGH Hazmi Hamzar SH MH CIL kepada Radar Lombok, Selasa (27/12).

Dikatakannya, para wisudawan maupun wisudawati ini supaya diberikan oleh orang tuanya bekerja diluar negeri. Sebab tenaga medis kebidanan NTB sudah banyak. Disamping, jika ada kebutuhan ke luar negeri supaya dilepas anaknya untuk bekerja ke luar negeri sebagai tenaga profesional bukan sebagai tenaga kasar.

 “Stikes Hamzar bekerja sama dengan 15 Negara. Makanya, saya pesan kepada orang tua agar memberikan anaknya untuk ke luar negeri maupun di seluruh Indonesia,” ujarnya.

 TGH Hazmi mengaku miris melihat profesional kesehatan dengan honor hanya Rp 500. Ribu. Karena itu, jika ada yang membutuhkan tenaga medis, baik di dalam negeri maupun luar negeri supaya orang tua wali melepaskan anaknya untuk melebarkan sayap. 

Menurutnya, wisudawan tidak boleh berhenti dan merasa puas. Harus terus meningkatkan keilmuan, mengikuti perubahan zaman, juga harus pandai beradaptasi, bukan justru menolaknya.

Baca Juga :  PGRI Lobar Kecam Caci Maki Oknum Kades Dopang kepada Guru

“Apa yang menjadi pengetahuan kita sekarang, bisa jadi berubah lima atau 10 tahun lagi,” sebutnya.

Dengan pesatnya kemajuan zaman, perguruan tinggi harus mampu mengimbangi, mengarahkan mahasiswa untuk bisa berpikir dengan benar, melatih daya pikir yang kritis, hingga mengajarkan bagaimana informasi bisa di sharing dan digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat.

”Wisudawan kami siap berlari mengikuti zaman dan sama-sama mewujudkan kualitas SDM yang lebih baik,” terangnya. Mahasiswa yang telah menjadi sarjana harus meningkat juga pola dan kematangan berpikirnya, harus berbeda dengan mereka yang lulus SMA. Sarjana itu sudah punya dasar ilmu, kematangan berpikir.

“Soal nasib nanti akan tergantung pada bagaimana mereka bergaul,” kata Hazmi. Hazmi berharap mahasiswa yang telah menjadi sarjana terus meningkatkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi, meski langkah ini akan sangat bergantung pada ikhtiar pribadi serta kesempatan yang diberikan orang tua. Selama ini, pihaknya melihat ada orang tua yang langsung berharap anaknya bisa membantu mereka setelah menjadi sarjana. Takut berpisah jauh dengan anaknya, ketika mereka mendapatkan pekerjaan.

”Itu yang kadang menjadi kendala kita. Begitu anak ini sarjana, lulus dan bekerja, orang tua minta tugasnya dekat dari rumah saja,” ujarnya.

Sementara itu, Asisten III Setda NTB dr Hj Nurhandini Eka Dewi berpesan kepada wisudawan dari STIKes Hamzar untuk bisa menjalankan profesinya sebagai tenaga kesehatan dengan tetap mengedepankan etika.

“Khusus untuk orang tua wali bagi Sarjana kesehatan D-3 Kebidanan, izinkanlah setelah ini mereka mengepakkan sayap kemanapun mereka pergi untuk mengabdi kepada dunia kesehatan baik di NTB, Inodenia maupun untuk Dunia,” ujarnya.

Baca Juga :  100 Mahasiswa STP Mataram akan Magang di Anjum Hotel Makkah

SDM yang ada di NTB tidak kalah dengan daerah lain terbukti saat itu diminta untuk mempersiapkan bidan ke Timor Leste. Saat itu, pihaknya mengikutkan untuk berkompetesi ternyata anak NTB masuk 5 besar. Setelah lulus mulai proses 2, diantara 5 besar anak NTB ini tidak diizinkan oleh orang tuanya.

“Lulusan kesehatan di NTB tidak kalah dengan daerah lain. Hanya saja harus ditambah percaya diri dan izin orang tua. Makanya, khusus untuk orang tua untuk mengizinkan anaknya mengepakkan sayap,” harapnya.

Kepala LLDIKTI Wilayah VIII I Gusti Lanang Bagus Eratodi mengatakan, STIKes Hamzar telah memberikan konsistensi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dibidang kesehatan. Kebutuhan yang begitu tinggi pasca pandemi Covid-19, kebutuhan bukan hanya di Indonesia saja melainkan di luar negeri, terutama perawat, bidan.

“Kesejahteraan jika mau keluar negeri jauh lebih menjanjikan bahkan 10 kali lipat jika dibandingkan di Indonesia. Namun sayangnya kenapa bisa terjadi banyak lulusan kita itu enggan untuk keluar negeri, terutama di NTB,” katanya.

Oleh sebab itu, pihaknya berpesan supaya lulusan STIkes Hamzar untuk mengambil kesempatan berdedikasi di luar negeri minimal 5 tahun, sehingga jika sudah balik ke asal bisa mengembangkan klinik modern.

“Kenapa tidak diluar negeri saja sebab lulus STIkes Hamzar tidak perlu diragukan lagi dari sisi kualitas dan profesionalnya,” tandasnya. (adi)

 

Komentar Anda