Diberitakan Radar Lombok sebelumnya, provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Papua sebesar 28,93 persen. Disusul Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo. Sementara NTB berada pada urutan ke 34 dari 34 provinsi, berada di bawah kalimantan Timur. Dibanding triwulan keempat tahun 2017, pertumbuhan ekonomi NTB pada triwulan pertama tahun 2018 juga mengalami penurunan hingga 6,1 persen.
Tidak adanya ekspor konsentrat pada triwulan I tahun 2018, membuat kontraksi sebesar 0,33 persen periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year. “Penurunan tertinggi yang terjadi pada kategori lapangan usaha pertambangan dan penggalian sebesar 20,29 persen. Angka tersebut sangat tinggi sehingga membuat pertumbuhan ekonomi NTB menjadi anjlok. Selama ini ekspor konsentrat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi NTB,” ungkap Kepala BPS NTB, Endang Tri Wahyuningsih.
Dalam kasus tersebut, sektor pertambangan dan penggalian menjadi faktor penekan utama dengan nilai 27,41 persen. Fenomena tersebut tidak jauh berbeda dengan data year on year. “Jika mengeluarkan sektor tambang, secara year on year, pertumbuhan ekonomi NTB tumbuh sebesar 4,34 persen,” imbuhnya. (zwr)