MATARAM — Pengembalian benda-benda bersejarah atau Harta Karun Lombok oleh Pemerintah Kerajaan Belanda kepada Pemerintah Indonesia. Gubernur NTB, Dr H. Zulkieflimansyah meminta kepada masyarakat agar menunggu seperti apa kelanjutannya, dan tidak banyak berkomentar yang justru tidak produktif.
“Sudah banyak yang komentar. Jangan sampai nanti karena terlampau banyak yang berkomentar, tetapi harta belum kelihatan. Setelah ada hartanya, baru kita (bicarakan, red),” kata Gubernur, saat ditemui di Mataram, Selasa (11/7).
Bang Zul, sapaan akrab Gubernur NTB ini juga sama seperti masyarakat, berharap agar benda-benda pusaka yang diserahkan Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Indoensia, dapat disimpan di Museum Negeri NTB. “Mudah-mudahan selamat sampai Lombok, sehingga bisa kita masukkan ke Museum kita,” harapnya.
Hanya saja, ini baru sebatas harapan Pemerintah Daerah. Mengingat dari pihak Ahli Waris Puri Agung Cakranegara juga menginginkan agar harta karun tersebut, dapat dikembalikan ke pihak keluarga kerajaan. Disisi lain, Pemerintah Pusat berencana benda-benda yang dijarah Belanda itu disimpan di Museum Nasional. “Nanti coba kita bicarakan. Karena ada dari keluarga (kerajaan) yang ingin itu dikembalikan ke keluarga,” ujarnya.
Namun terlepas dari benda-benda pusaka itu mau disimpan di Museum Nasional atau di Museum Daerah. Gubernur menilai Pemerintah Pusat pasti memiliki banyak pertimbangan. Dan biasanya pertimbangan itu dengan mendengar langsung masukan dari Pemerintah Daerah NTB.
Apalagi Harta Karun Lombok yang dikembalikan Pemerintah Belanda itu bukan hanya dari NTB saja, tapi juga ada dari daerah lain. “Kita lihat dulu lah, hartanya juga belum ada. Nanti kita ngomong dengan Pemerintah Pusat,” tambahnya.
Termasuk soal usulan ahli waris Puri Agung Cakranegara, supaya benda-benda peninggalan Kerajaan Karangasem Lombok itu dibuatkan Museum khusus di Taman Mayura, untuk menyimpan harta karun neneng moyangnya. Sehingga dapat menjadi salah satu daya tarik untuk mendatangkan wisatawan. “Itu salah satu alternatif yang nanti kita sampaikan,” jelas Bang Zul.
Namun Gubernur juga mengingatkan, bahwa yang perlu dilihat dan dicermati jangan sampai sudah banyak berharap terhadap Harta Karun Lombok ini. Tapi nanti ujung-ujungnya daerah tidak mendapat apapun. “Nanti detailnya seperti apa, nanti kita lihat. Jangan sampai GR (Gede Rasa, red) duluan, tau-tau tidak ada apa-apa,” ujarnya.
Gubernur menyebut harta karun yang dijarah Belanda ini tidak hanya berupa emas, tetapi juga dokumen-dokumen bersejarah, serta barang-barang artefak lainnya. “Yang mungkin kalau dikembalikan. Kita bisa menapaktilasi perkembangan masa lalu,” tandasnya.
Sementara Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam menyebutkan ada sekitar 107 barang-barang berharga Harta Karun Lombok yang akan dikembalikan Belanda. Salah satunya keris milik Anak Agoeng Gde Ngoerah Karangasem, Raja terakhir dari Lombok.
Selain itu juga ada peti mati berlapis perak, kotak tembakau perak, piring emas tempa (2 buah) hadiah dari Pangeran Seleparang dan Karangasem kepada Gubernur Jenderal Belanda, gelang emas dengan rubi (berpasangan), dan lainnya. “Ada datanya, cuma masih menggunakan bahasa Belanda,” tuturnya.
Pihaknya juga berharap agar Harta Karun Lombok yang dikembalikan Pemerintah Belanda ke Pemerintah Indonesia, dapat diserahkan ke pemerintah daerah untuk disimpan di Museum Negeri NTB. “Kami di Museum tentu sangat senang ketika barang itu diserahkan ke Museum NTB untuk kita pamerkan kepada masyarakat luas,” ujarnya.
Karena kalau barang-barang berharga tersebut dikembalikan, maka akan sangat membantu dalam mengungkap sejarah tentang Lombok yang hilang.
Menurut Ahmad, jika barang-barang bersejarah itu dikembalikan ke NTB, tentu mampu menjelaskan bagaimana sejarah peradaban masyarakat Lombok saat itu. Sehingga dapat menyatukan puzel-puzel yang sempat hilang, dan NTB memiliki sejarah yang runtut.
Museum Negeri NTB sendiri punya perangkat dan kemampuan untuk melindungi karya-karya sejarah tersebut. Dan pihaknya akan menyiapkan ruangan khusus di Museum Negeri NTB, untuk memamerkan barang-barang peninggalan tersebut.
“Mudah-mudahan dengan itu kita bisa menambah dan memperkaya nilai kebudayaan kita, nilai peradaban,” pungkasnya. (cr-rat)