SELONG–SMAN 1 Keruak di Lombok Timur memberikan klarifikasi atas pemberitaan yang dilansir media ini sebelumnya, terkait dugaan pelecehan seksual terhadap sejumlah siswi.
Kepala SMAN 1 Keruak Mujitabe dengan tegas membantah dan menolak jika kasus pengujian kebohongan siswi yang berhalangan tidak salat karena menstruasi disebutnya sebagai bentuk pelecehan seksual.
Ia pun menguraikan secara rinci latar belakang masalah yang sebenarnya.
Disampaikannya ini semua berawal dari program sekolah dalam hal membentuk peserta didik untuk setiap waktu saat berada di sekolah agar ikut salat berjemaah sebagai bentuk pembiasaan agar menjadi anak yang beriman dan bertakwa.
Ketika pihak sekolah mendisiplinkan anak untuk salat berjemaah, sering kali siswi lebih banyak beralasan sedang menstruasi.
Hal ini menimbulkan kecurigaan pengurus OSIS adanya sebagian besar siswi yang menyebut diri sedang datang bulan. Spontanitas atas inisiatif OSIS untuk pengecekan.
“Kejadian hari Selasa (6/8) lalu saat akan Salat Asar berjemaah bagi siswa yang masuk siang. Terlihat lebih dari separuh siswi tidak ikut salat dengan alasan datang bulan dan tidak membawa mukena,” beber Mujitabe.
Karena banyak gelagat yang mencurigakan, pengurus OSIS langsung bertindak melakukan pengecekan kebohongan tanpa ada perintah dari pembina atau pihak sekolah.
Satu per satu siswi yang menyebut diri menstruasi masuk sendiri-sendiri ke kamar mandi dengan membawa cotton buds. Rekan siswi dari OSIS hanya menunggu dari luar tanpa diketahui orang lain.
“Pengecekan dilakukan sendiri oleh siswi yang sedang mens di dalam kamar mandi tanpa ada yang mendampingi. Hanya saja siswi pengurus OSIS menunggu dari luar. Siswi yang sudah menempel cotton buds ditunjukkan kepada rekannya di luar. Setelah ada bukti cotton buds langsung dibakar dan ditanam tanpa dibawa keluar. Prosesnya sangat rahasia. Bagi kami ini tidak bermotif pelecehan seksual,” terang Mujitabe.
Selepas pengecekan tersebut terang dia tidak ada penindakan apapun. Apalagi ada intimidasi dan pengancaman seperti pengakuan salah seorang siswi yang mengaku di bawah tekanan rekannya dari pengurus OSIS. Sebagaimana pemberitaan atas pengaduan salah seorang oknum siswi kepada orang tuanya.
Senada dengan keterangan Kasek, beberapa siswi yang tergabung dalam OSIS juga menerangkan bahwa kejadian tersebut murni dari inisitaif OSIS tanpa ada perintah dari Waka Kesiswaan atau guru pembina OSIS . Secara kebetulan pula, pada hari kejadian waka kesiswaan sedang tidak berada di sekolah, ada urusan dinas ke Mataram.
Namun demikian, pihak SMAN 1 Keruak, menyatakan telah mengevaluasi kejadian ini dan tidak mengulangi lagi cara-cara yang bisa menimbulkan polemik di masyarakat.
Kasek juga meminta kepada para wali murid agar tidak cepat menanggapi sepihak segala penyampaian putra-putrinya.
“Kami mengimbau kepada semua wali murid untuk tabayun. Datang ke sekolah untuk klarifikasi kejadian yang sebenarnya jika ada info yang kurang baik dari putra-putri kita agar tidak ada kesalahpahaman di antara kita,” tandas Mujitabe
Sementara itu Ketua Komite SMAN 1 Keruak Marjahan yang datang langsung ke sekolah untuk mengklarifikasi kejadian sebenarnya, berjanji akan mengundang semua wali murid khususnya kelas X untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
Marjahan menegaskan, bahwa kejadian yang sebenarnya tidak seperti yang beredar di sejumlah media.
“Tidak benar kejadiannya seperti yang dilansir di sejumlah media. Dan kami dari komite meminta kepada pihak sekolah dan OSIS agar lebih kontrol dan tidak lagi melakukan tindakan yang mengarah kepada hal-hal yang bisa melanggar norma,” tegas Marjahan.
Komite juga berharap kepada para wali murid agar bersikap tenang dan tidak terprovokasi oleh isu yang tidak bertanggung jawab.
Pihaknya juga berjanji akan menyelesaikan kasus ini dengan tenang tanpa ada polemik. (lie)
SMAN 1 Keruak Bantah Ada Pelecehan Seksual, Ini Kejadian Sebenarnya
Komentar Anda