Skandal Mahasiswa Titipan Unram Terkuak

Kalaupun misalnya lanjut Zulian, benar adanya mahasiswa titipan. Dan sejumlah mahasiswa titipan itu tetap dipertahankan pihak kampus, itu urusan kampus. Tapi pihaknya meminta jangan anak saudaranya yang lulus itu dijadikan korban untuk memuluskan praktik skandal titipan tersebut.

Ditegaskannya, tuntutan dari para orang tua itu sangat sederhana yakni kembalikan keputusan pertama yang tertanggal 24 Juli 2018 itu yang disahkan lewat rapat pleno 23 Juli lalu. “Apabila kondisi itu tidak memungkinkan, maka pihak kampus wajib tambah kuota supaya anak dan saudara kami tetap jadi mahasiswa yang sesuai dengan pilihan mereka,” tuntutnya dengan lantang.

Senada, Atun Wardatun yang juga orang tua calon mahasiswa baru menyatakan kalau statemen rektor atau para petinggi Unram sangat sangat tidak punya prinsip dan pantas tidak dipercaya. Pasalnya, sejumlah statemen yang dikeluarkan rektor berbeda-beda. Di antaranya, pada hasil dialog yang digelar, rektor dengan jelas mengakui bahwa hasil pengumuman tertanggal 24 Juli itu sudah ditanda tangani melalui rapat pleno tertanggal 23 Juli 2018 lalu.

Baca Juga :  Unram Siapkan Kuota Jalur Tes Mandiri 3.466 Mahasiswa Baru

Namun, keesokan harinya tertanggal 25 Juli 2018 hasilnya berbeda dari hasil rapat pleno yang sudah ditandatangani rektor. Bahkan, hasil pengumuman tanggal 25 tersebut diumumkan kembali melalui media cetak dan web pribadi Unram, Jumat kemarin (27/7). Hal ini kemudian yang membuat pihaknya mengklaim statemen pihak Unram tidak dapat dipercaya. “Kami tidak menuntut rektor mundur, karena kami percaya rektor orang baik dan cerdas. Tapi kami hanya menuntut kembalikan keputusan awal yang diumumkan pada tanggal 24 Juli 2018 lalu,” tegasnya saat menyampaikan orasinya.

Baca Juga :  Unram dan Universitas Kyoto Jepang Sepakat Penelitian Bersama

Atun yang juga Dosen UIN Mataram ini  menyayangkan, karena meski sejumlah tuntutan dan statemen yang dikeluarkan para orang tua di gedung rektorat itu. Satu pun pihak rektorat tidak ada yang menyambut dan merespons tuntutan para orang tua. Padahal, mereka sangat berharap dari beberapa tuntutan yang disampaikannya benar-benar didengar dan direspons dengan bijak pihak kampus. Kemudian dipertimbangkan dan dijawab di depan para orang tua. “Yang ada kita hanya dijaga polisi dan puluhan sekuriti yang berjubel menjaga para orang tua mahasiswa yang sedang berjuang untuk anaknya,” kesal mantan aktivis 98 ini.

Komentar Anda
1
2
3