SK Atlet dan Pelatih Pelatda Maju Melaju Dipersoalkan

LATIHAN : Tampak saat salah satu atlet menjajal latihannya. (NASRI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Surat Keputusan (SK) atlet dan pelatih yang masuk dalam program Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) NTB Maju Melaju diminta agar ditinjau kembali. Saran ini muncul dari pengamat dan pemerhati Olahraga NTB, serta sejumlah pelatih cabang olahraga (Cabor).

“Kami melihat SK atlet dan pelatih Pelatda yang diterbitkan KONI NTB itu sedikit janggal. Kami rasa ada yang perlu diperbaiki atau ditinjau kembali,” ujar Pengamat Olahraga NTB Dedi Darere, Kamis (11/1).

Dikatakannya, setelah melakukan tela’ah terhadap SK atlet dan pelatih Pelatda grade A yang sudah diterbitkan pihak KONI NTB ada beberapa kejanggalan. Diantaranya pemberlakuan sistem grade kepada atlet Pelatda. Dalam hal ini, memang dirinya mengaku tidak persoalkan masalah grade atlet.

Hanya saja lanjutnya, pemberlakuan grade itu kenapa harus dibarengi dengan jadwal porsi latihan atlet yang berbeda-beda. Diantaranya, untuk grade A, para atlet melangsungkan latihan lebih awal. Kemudian grade B, akan menyusul dua bulan setelahnya. Selanjutnya grade c juga demikian, akan menunggu dua bulan setelah grade B melangsungkan latihan.

“Kami rasa KONI NTB dalam hal ini keliru, gak masalah ada grade. Namun setiap grade itu bukan porsi latihan yang dikurangi, tapi hak atlet di tiap grade yang harus dibedakan,” jelasnya.

Baca Juga :  Hebat! Hafiz Asal NTB Ini Harumkan Nama Indonesia di Amerika

Tidak hanya itu, pada SK tersebut komposisi pelatih untuk menangani atlet juga cukup janggal dan menimbulkan tanda tanya. Seperti cabor Taekwondo, atlet yang masuk Pelatda grade A hanya satu, tapi pelatihnya dua. Kemudian tumpang tindih perekrutan pelatih juga dipertanyakan beberapa cabor.

Menurut mantan Pelatih Silat NTB ini, yang perlu diperhatikan adalah usia latihan atlet Pelatda yang berbeda, tetapi ada cabor yang atletnya masuk dalam grade yang berbeda. Dalam hal ini dasar penentuan grade itu seperti apa. Rasio jumlah atlet dan pelatih perlu menjadi bahan diskusi bersama untuk mendapat solusi.

Berdasarkan informasi yang dihimpun koran ini, di beberapa cabor yang merasa dirugikan cukup kecewa dengan sistem grade yang bertahap tersebut. Lantaran tingkat subyektifnya dinilai sangat tinggi.

Sebelumnya, Wakil Ketua KONI NTB Agus Suharyan menjelaskan, pihaknya sudah melibatkan pelatih untuk menjalani klinis terkait program yang akan dijalani atletnya selama Pelatda.

Baca Juga :  14 Warga Terduga Pelaku Penyerangan Terhadap Polisi Diamankan, Sisanya Masih Diburu

“Pelatih menyusun program kemudian dibedah bersama untuk mencapai hasil maksimal,” katanya.

Terkait penentuan grade atlet dipetakan berdasarkan hasil Pra-PON yang sudah dijalani cabor, sehingga ada dasar yang kuat untuk melihat potensi atlet mendapatkan medali emas di PON Aceh-Sumatera Utara 2024 nanti.

“Ada beberapa klasifikasi misalkan capaiannya di Pra-PON. Termasuk juga apakah itu kejurnas atau kejurwil,” tandasnya.

Untuk diketahui, KONI NTB memastikan bakal membuka Pelatda PON Aceh-Sumatera Utara 2024 hari ini, Jumat (12/1).

”Tidak bisa ditunda lagi. Pelatda memang harus segera dimulai, jika atlet tidak dipersiapkan malah tidak maksimal,” ujar Ketua KONI NTB Mori Hanafi.

Mori menjelaskan, pelatda sebelumnya dijadwalkan mulai 5 Januari. Namun karena masih ada beberapa cabor yang belum memfinalkan SK kelolosan atlet ke PON Aceh-Sumatera Utara 2024 sehingga ditunda.

“KONI Pusat yang ingin mengeluarkan SK keseluruhan. Tapi jika kita menunggu maka pelatda tidak akan jalan, jadi kita mulai pelatda dengan data dari pengprov cabor,” paparnya. (rie)