Siswa SMP di Tanjung Ini Jadi Korban Bullying, Diduga Dikeroyok Hingga Masuk IGD

PELUK: Korban inisial A (14) asal Kecamatan Tanjung dipeluk ayahnya saat berada di Polres Lombok Utara. (IST FOR RADAR LOMBOK)

TANJUNG–Seorang siswa SMP inisial A (14) di Kecamatan Tanjung diduga menjadi korban perundungan (bullying) oleh teman-teman sekolahnya.

Peristiwa ini mencuat setelah ibu korban mengungkapkannya melalui Facebook dengan akun bernama Bunda Raden Novrialdi S. Dalam unggahannya, ia menulis: “No viral no justice Sigar Penjalin, Tanjung, Lombok Utara Darurat bullying Ini terjadi bukan kali ini saja. Sebelas tahun lalu, anak saya dibully dan dikeroyok oleh teman TK sampai opname satu minggu di rumah sakit. Tanpa ada permohonan maaf dari orang tua, saya tidak memproses kejadian tersebut karena masih berpikir anak-anak.

Beberapa bulan lalu, anak saya dicekik sampai berbekas kuku pelaku di leher anak saya. Itu hanya sampai di Kadus dan Babinsa. Kemarin, anak saya dibully dan dikeroyok oleh anak-anak SMP. Salah satu pelaku adalah bekas temannya di SD. Keluarga pelaku semalam datang, sekitar 10 orang, ke rumah sakit mencari anak saya. Anak-anak muda kebanyakan.

Maksudnya apa? Siapa yang ingin kalian intimidasi? Demi Allah, saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuk anak saya. Jika saya tidak mendapat keadilan di dunia ini, saya akan turun di akhirat. Saat ini, hanya kekuatan Allah dan media sosial yang saya miliki. Kampung yang menetralisir kekerasan anak dan bullying @sorotan @semuaorang #KLUdaruratbullying”

Unggahan tersebut kemudian viral dan mendapat perhatian dari Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Kabupaten Lombok Utara (KLU).

Kepala UPTD PPA KLU, Ni Putu Rumini, menyampaikan bahwa pihak korban telah melapor ke Polres Lombok Utara, dan pihaknya turut memberikan pendampingan. “Baru tadi kami mendapatkan identitas diduga pelaku. Mereka sudah dititipkan di Polres Lombok Utara. Jumlahnya lima orang, semuanya satu sekolah dengan korban,” ungkap Rumini, Kamis (19/6).

Terkait kronologi lengkap, pihaknya mengaku belum mengetahui secara pasti karena korban masih belum bisa dimintai keterangan, begitu juga para terduga pelaku. Mengingat seluruh pihak yang terlibat masih di bawah umur, Rumini menegaskan pihaknya akan terus mengawal kasus ini secara serius.

Baca Juga :  Ratusan Tabung Gas Warga Lombok Utara Dicuri, Ini Maling dan Penadahnya

Kuasa hukum korban, Eva Lestari menceritakan bahwa korban mengalami pengeroyokan brutal oleh lima rekan sebayanya di kawasan Sira, Lombok Utara, Rabu siang (18/6).

Korban jelasnya bukan kali ini saja jadi sasaran perundungan. Sejak duduk di bangku SD, ia kerap menjadi bulan-bulanan dan ejekan teman-temannya, karena kondisi kesehatannya yang berbeda, sehingga orang tua korban terpaksa beberapa kali memindahkan anaknya ke sekolah lain demi mencari lingkungan yang lebih aman dan mendukung.

Namun, usaha itu rupanya belum cukup membentengi korban dari kekerasan teman sebaya. Kronologi memilukan itu bermula saat korban pergi berbelanja ke toko dekat rumahnya bersama dua adiknya: satu balita, satunya lagi usia SD. Di tengah perjalanan, dua anak SMP berseragam menghadang dan mulai membully. Lelah dan tertekan, korban akhirnya terpaksa menanggapi tantangan berkelahi dari pelaku.

Alih-alih duel satu lawan satu, korban malah dijebak. Dua anak itu menggiringnya ke kebun, di mana tiga anak lain sudah menunggu. Begitu korban inisial A ini mencoba kabur, tangannya dicekal dari belakang, kepalanya ditinju bertubi-tubi hingga benjol dan memar, perutnya dihantam, dadanya ditendang. Terpental ke tanah, kakinya pun jadi sasaran tendangan hingga A sempat tak sadarkan diri. Tangisan adik-adiknya memecah sunyi kebun dan memanggil dua warga sekitar yang akhirnya datang melerai. Pelaku pun kocar-kacir melarikan diri.

Korban segera dilarikan ke IGD Puskesmas Pemenang. Mendengar kondisi anaknya, sang ayah geram dan langsung melaporkan kasus ini ke Polres Lombok Utara. Tak ingin amarah keluarga meluas, kuasa hukum korban pun meminta polisi bergerak cepat menahan para pelaku demi mencegah aksi balas dendam.

“Kami bersyukur pihak kepolisian merespons sigap. Tim buser langsung turun semalam dan identitas kelima pelaku sudah dikantongi, meski korban sendiri tak hapal nama-nama mereka karena lingkar pergaulannya terbatas,” ujar Eva.

Baca Juga :  Cuaca Ekstrem, Pohon Timpa Rumah Warga Sigar Penjalin

Kamis siang  sekitar pukul 13.00 WITA, korban berusaha hadir memberikan keterangan di hadapan Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Lombok Utara, meski masih merasakan sakit di bagian perut dan dada. “Ini bukti betapa bullying bukan sekadar ejekan remeh. Ini pintu gerbang kekerasan fisik, bahkan bisa berujung kehilangan nyawa. Mirisnya, di banyak kasus, pelaku bullying justru dibela mati-matian oleh orang tuanya. Ini harus dihentikan! Jangan biasakan membenarkan perilaku buruk anak hanya karena anak sendiri,” tegasnya.

Ia menambahkan, pihak keluarga mendukung penuh proses hukum sesuai ketentuan UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, khususnya Pasal 7 tentang diversi. Meski para pelaku masih di bawah umur, hukum kata Eva harus tetap ditegakkan agar menjadi pelajaran dan efek jera bagi pelaku dan anak-anak lain.

“Kami mendesak agar kasus ini tidak mandek di meja mediasi semata, tapi jadi contoh nyata bahwa bullying yang berubah menjadi tindak kekerasan harus dihentikan. Para pelaku perlu dibina di jalur hukum dan sudah masuk unsur pasal 170 KUHP dan saya berharap pelaku dihukum sesuai aturan, bukan dilindungi alasan emosional keluarga,” tutupnya.

Sementara itu, Kepala Desa Sigar Penjalin, Zawil Fadli, menegaskan bahwa bullying adalah persoalan serius yang harus dicegah karena dapat berdampak negatif pada perkembangan siswa dan lingkungan sekolah.

“Kami dari pemerintah desa mendorong pencegahan dan penanganan bullying dengan berbagai cara. Salah satunya mendukung program anti-bullying di sekolah-sekolah dan memastikan adanya saluran pelaporan yang aman bagi siswa yang menjadi korban,” ujarnya.

Terkait kasus warganya, Zawil mengaku belum mengetahui detail kejadian. Namun ia berharap agar pihak-pihak terkait menaruh perhatian serius terhadap kasus ini, agar tidak terjadi kembali, baik kepada korban maupun anak-anak lainnya. (der)