Siswa SDN Tuban Pujut Belajar di Garasi Mobil

RUSAK: Akibat rusak parah membuat siswa SDN Tuban Desa Segala Anyar belajar di garasi mobil, Kamis (2/2). (ISTIMEWA/RADAR LOMBOK)

PRAYA – Sarana pendidikan di Lombok Tengah banyak yang kondisinya sangat memprihatinkan dan butuh perhatian pemerintah.

Salah satunya SDN Tuban, Desa Segala Anyar, Kecamatan Pujut yang kondisinya rusak parah. Akibatnya, siswa di sekolah tersebut selama empat bulan harus belajar di garasi mobil.

Kepala SDN Tuban Segala Anyar, Wirabakti menyampaikan, kondisi ruang kelas yang mengalami rusak parah yakni ruang yang digunakan untuk belajar kelas V dan kelas VI. Karena kondisi yang rusak parah inilah yang membuat pihak sekolah memutuskan untuk tidak menempati ruangan tersebut untuk belajar.

“Sebenarnya kondisi bangunan ini sudah rusak parah sejak setahun lalu dan sampai saat ini belum pernah dilakukan perbaikan. Karena kondisinya yang hampir mau ambruk, sehingga kita tidak berani gunakan, karena khawatirnya sewaktu – waktu akan roboh,” ungkap Wirabakti.

Karena ruangan kelas V dan VI ini tidak berani digunakan akibat kondisi yang rusak parah membuat para siswa belajar di garasi mobil yang ada di sekolah itu.

Pihak sekolah memutuskan untuk siswa yang belajar di garasi merupakan siswa kelas IV karena ruangan kelas IV dipakai belajar untuk siswa kelas V.

“Kemudian untuk ruang belajar siswa kelas VI kita pindah ke ruang kelas II dan siswa kelas II kita pindah ke perpustakaan. Sedangkan siswa kelas IV kita pindah ke garasi mobil dan memang kerusakan yang terjadi di dua ruang kelas tersebut, terjadi kurang lebih satu tahun. Sempat kita perbaiki dari dana BOS, kita tambah gentingnya dan kita cat,” terangnya.

Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Lombok Tengah, Makbul Ramen menegaskan, kondisi sekolah banyak yang mengalami kerusakan.

Untuk melakukan perbaikan, sebenarnya tidak hanya merupakan ranah dari Disdik tapi untuk rusak berat dilakukan perbaikan oleh Dinas PUPR dan rusak karena bencana dilakukan perbaikan oleh BPBD.

“Kita juga mengimbau kepada operator untuk proaktif melaporkan data kondisi sekolah, sehingga bisa dilakukan perbaikan ketika rusak. Jangan hanya data guru dan siswa yang dilaporkan, sarana dan prasarana sekolah juga harus rutin dilaporkan melalui dapodik,” ungkap Makbul Ramen.

Ia mengatakan, data guru maupun siswa serta saranan sekolah saat ini telah menggunakan sistem digital, sehingga ketika ada sekolah yang rusak, namun di data dalam kondisi baik tidak bisa diberikan anggaran untuk perbaikan.

Sehingga kepsek dan operator harus aktif memberikan data terbaru melalui sistem yang ada.

“Kita juga tidak bisa melakukan perbaikan terhadap sekolah yang rusak, karena keterbatasan anggaran. Selain itu, sekolah yang bisa diperbaiki menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah rusak ringan dan sedang. Kemudian untuk sekolah rusak berat yang melakukan perbaikan adalah PUPR dan sekolah yang rusak karena bencana merupakan tugas BPBD,” tegasnya.

Di satu sisi, ada persyaratan yang harus dipenuhi ketika mengajukan anggaran perbaikan sekolah. Data yang disampaikan di lapangan harus sinkron dengan data yang ada di dapodik, namun apabila tidak sama maka tidak bisa diberikan anggaran oleh pemerintah.

“Untuk tahun ini kita hanya dapat untuk perbaikan 8 sekolah dari DAK. Sebenarnya kuncinya di Dapodik. Karena jangan sampai kita meminta makanan tapi dalam surat yang kita ajukan malah meminta air minum, jadi di dapodik ini harus sesuai,” tambahnya. (met)

Komentar Anda