GIRI MENANG – Industri aren rakyat menjadi salah satu aktivitas produktif yang strategis, khususnya di wilayah sekitar hutan. Selain mendukung fungsi ekologis seperti pencegahan longsor dan perambahan hutan, aktivitas ini juga memperkuat konsep ekonomi hijau (green economy).
Salah satu contohnya adalah pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) di Desa Giri Madia, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.
Pada tahun 2016, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Madia, yang terdiri atas 12 sub-kelompok tani. Sebanyak 329 petani mengelola lahan seluas 394 hektar dengan sistem sewa kontrak selama 35 tahun ke KPH. Aktivitas ekonomi utama mereka adalah produksi gula aren, baik berupa gula batok maupun gula semut.
Ketua Pelaksana Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Giri Madia, Kurniawan Yuniarto, menyampaikan bahwa usaha olahan produk nira aren ini sudah mendapat berbagai pengakuan resmi.
“Produk gula aren KTH Giri Madia telah memiliki izin edar dengan sertifikat IUMK 0220000181966 dan P-IRT No. 2095201010452-25, serta tersertifikasi halal dengan No. LPPOM-00230123210821,” ujarnya.
Disampaikan produk turunan dari nira aren berupa sirup aren ini telah dikembangkan oleh Ketua KTH Giri Madia, Muhamad Munsir. Dr. Kurniawan menuturkan bahwa sirup ini berpotensi bersaing dengan sirup mapple yang harganya cukup mahal.
“Sirup aren memiliki indeks glikemik lebih rendah dibandingkan gula tebu, sehingga lebih aman bagi kesehatan sebagai pemanis alami. Selain itu, aromanya khas dan rasanya unik, cocok untuk meningkatkan citarasa minuman dan olahan pangan lainnya,” jelasnya.
Kurnuawan menyebut ujicoba awal pembuatan sirup aren ini sebenarnya sudah dilakukan pada tahun 2023 namun masih menghadapi kendala. Proses pencairan gula batok menghasilkan sirup berwarna gelap dan mengalami fermentasi lanjut selama penyimpanan, sehingga muncul aroma kurang sedap.
“Kondisi ini disampaikan kepada mitra pembina KTH Giri Madia dari Universitas Mataram dan tim untuk perbaikan kualitas akhir sirup aren,” ujarnya
Melalui riset yang difokuskan pada pengendalian suhu dan pemantauan proses pemasakan nira, ditemukan metode ideal untuk menghasilkan sirup aren berkualitas tinggi. Langkah ini mendapat dukungan dari program Kompetisi Nasional Kemitraan Masyarakat (PKM) DIKTI, yang turut mendanai pengembangan produksi sirup aren.
Program PKM DIKTI juga melaksanakan diseminasi cara produksi pangan yang baik untuk mendukung keberlanjutan usaha sirup aren. Dengan perbaikan sistem operasi pemasakan nira, KTH Giri Madia diharapkan mampu menghasilkan sirup aren yang memenuhi standar industri maupun SNI.
Kurniawan optimis keberhasilan program ini dapat mendorong sirup aren menjadi produk unggulan daerah. “Kami berharap sirup aren dari KTH Giri Madia tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar lokal, tetapi juga dapat menembus pasar ekspor dalam negeri,” ujarnya.
Inovasi ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar hutan, tetapi juga mendukung pelestarian lingkungan melalui pengelolaan hutan yang berkelanjutan. Sirup aren KTH Giri Madia berpotensi menjadi kebanggaan baru bagi Lombok Barat. (rat)