Setorkan Hafalan Saat Hendak Masuk Kelas

Selain   Pondok Pesantren (Ponpes) yang sudah dikenal luas masyarakat, satu lagi ponpes di Kediri, Lombok Barat yang mencetak para hafidz. Ponpes ini bernama Ponpes NW Selaparang.

 


Janwari Irwan–Giri Menang


 

Ponpes NW Selaparang didirikan oleh  TGH Abdul Hafiz Sulaiman pada tahun 1985.  Berawal dari keperihatinannya terhadap rendahnya minat masyarakat  untuk belajar sekolah agama. Pertama kali dibangun, ponpes ini membangun sekolah agama yang namun dinamakan dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) NW Selaparang. Hal ini untuk menarik minat masyarakat belajar disana.

Kemudian pada tahun 1989, beliau membangun Madrasah Tsanawiyah (MTs). Lalu pada tahun 1996, Ponpes NW Selaparang membangun madrasah Aliyah (MA) dan dilanjutakn dengan membuat Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Seiring dengan berkembangnya Ponpes NW Selaparang dengan dasar keyakinan bahwa pentingnya menghafal Alqur'an dan maknanya, maka pada tahun 2013 ponpes ini menyelenggarakan progaram tahfidz  bagi santri tingkat MA. “Kalau sekarang kita tidak hanya mendidik yang MA saja, akan tetapi dari MI,MTs,MA dan SMA NW,”jelas salah satu Pembina Tahfidz  Ponpes NW Selaparang Ustadzah Baiq Asmawati kepada Radar Lombok Kamis kemarin (30/6)

Ustadzah Baiq Asmawati menerangkan, para santri dididik metode Hibsul Mu’ayyam atau disebut dengan hafalan terbatas. Metode ini dipercaya efektif dalam mendidik anak- anak yang masih duduk dibangku  MI. ''Lalu yang kedua  baru  dengan morojjah atau mengulangnya tiap hari,”terangnya.

Selain itu tambahnya, sebelum memasuki pada lembaga tahfidz, santri  diuji membaca juz Amma yang dimulai dari ayat ayat pendek.

”Jika masih umur  5-6 tahun bisa baca Alqur'an, maka besar kemungkinan dia akan dengan cepat mengahafal Alqur'an,''tambahnya.

Ponpes menargetkan  santrinya ketika lulus dari MI  sudah berhasil menghafal 6 juz.”Kita sih tidak mentargetkannya akan tetapi kita harapkan begitu, satu tahun satu juz,”harapnya.

Kegiatan menghafal Alqur'an rutin digelar  ketika santri mau memasuki ruang kelas. Lalu pada hari Jum’at santri harus menyetorkan hafalannya ke setiap pembina atau Mudabbir yang sudah ditunjukkan oleh ketua Pembina Tahfidz. Lalu pada hari Senin digunakan sebagai tempat merojjah atau mengulang kembali apa yang telah dihafalkan oleh setiap santri. ''Untuk hari-hari lain setelah pulang sekolah digunakan untuk belajar menghafal supaya ada yang disetor nantinya,'' jelasnya.

Kendala yang dihadapi dalam mendidik para hafidz ini menurut,  Ustadzah Baiq Asmawati mulai dari kondisi asrama serta jauh dari keluarga membuat mereka tidak fokus. '' Padahal di setiap asrama kita siapkan masing- masing pembina untuk mempercepat dalam penghafalan,'' jelasnya.

Walaupun program tahfidz Ponpes NW Selaparang tebilang masih muda dan baru, akan tetapi prestasi yang diraih oleh santrinya cukup membanggakan. Salah satu santrinya berhasil meraih juara 2 STQ tingkat kabupaten yang berhasil menghafal 15 juz dalam beberapa  tahun di usia santri 13 tahun.”Tentu prestasi seperti ini kita akan terus kembangkan agar nantinya kualitas  dari santri kami bisa bersaing kedepannya,'' harapnya.(*)