Sering Picu Konflik, Kecimol akan Dievalusi

kecimol
Pemkab Lombok Tengah akan mengevaluasi musik kecimol untuk menjadi iring-iringan nyongkolan. Sehingga nyongkolan yang merupakan budaya Sasak tetap kondusif. (Source: youtube.com)

PRAYA – Pro kontra musik kecimol di tengah masyarakat Sasak, mulai menjadi perhatian serius pihak berwenang.

Pemkab Lombok Tengah rencananya akan mengevaluasi alat musik tersebut untuk digunakan masyarakat dalam iring-iringan nyongkolan. Evaluasi ini dilakukan setelah melihat perkembangan musik tersebut yang semakin membawa efek negatif. Di samping kerap menampilkan penari erotis, musik itu juga kerap menjadi pemicu konflik horizontal di tengah masyarakat. ‘’Kita akan evaluasi karena sudah mulai bertentangan dengan nilai dan norma masyarakat,’’ ungkap Sekda Lombok Tengah HM Nursiah.

Untuk itu, lanjut Nursiah, keberadaan musik kecimol ini akan di evaluasi agar tidak berdampak pada pertumbuhan wisata. Dalam hal ini, pemda tak bermaksud memandulkan kreativitas masyarakat. Namun, semua seni atau kegiatan harus bisa memenuhi kebutuhan sesuai dengan nilai dan norma. Sehingga pemda berkewajiban membina agar tidak sekadar kuantitas, tetapi juga kualitas.

Baca Juga :  Gara-gara Kecimol, Dua Kelompok Warga Nyaris Bentrok

Dalam proses pembinaan, pemda perlu melihat kriterianya. Mana yang termasuk seni budaya asli Lombok dan mana yang tidak. “Seni  yang asli daerah kita akan kita bina agar menjadi paket wisata yang bisa dipasarkan untuk menggaet wisatawan datang ke daerah kita,” katanya.

Untuk kesenian kecimol sendiri, sambung Nursiah, pemda akan melibatkan Majelis Adat Sasak (MAS) dan krama adat di masing-masing desa. Hal itu untuk mengkaji berbagai fenomena yang terjadi saat nyongkolan menggunakan kecimol. “Yang penting dilakukan kajian, apakah sesuai aturan seni budaya atau tidak dan kalau tidak apa solusinya. Makanya untuk kecimol akan kita evaluasi dulu,” tegasnya lagi.

Baca Juga :  Mengenal Nana Nutrisari, Penyanyi Kecimol yang Lagi Naik Daun

Menurut Nursiah, jangan sampai keberadaan kecimol yang semestinya bisa memperkenalkan budaya malah sebaliknya membawa dampak buruk. Untuk itu, pihaknya juga akan berencana untuk menerapkan sesuai yang sudah dilakukan Pemprov NTB terkait penggunaan kecimol tersebut. “Intinya segala seni yang di daerah kita, akan kita bina sesuai pakem kita. Jadi  kita kaji dulu mungkin ada modifikasi dan arahnya seperti provinsi,” pungkasnya. (met)

Komentar Anda