SELONG – Sengketa pengelolaan wisata Resto Apung Ekas Adventure di Desa Ekas Kecamatan Jerowaru manambah daftar masalah investasi di daerah selatan. Dua pihak saling klaim hak pengelolaan Ekas Adventure dan berujung ke ranah hukum. Aisha selaku pihak yang mengklaim sebagai pemilik resto terapung tersebut telah melaporkan YE yang sebelumnya merupakan pengelola Ekas Adventure ini ke Polres Lotim terkait kasus dugaan penipuan.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Lotim menyayangkan terjadinya masalah pengelolaan kawasan Ekas Adventure tersebut. Kondisi ini dianggap mempengaruhi investasi di kawasan itu. Padahal geliat usaha dan sektor pariwisata di kawasan Ekas sedang mulai bangkit.” Kita sangat sayangkan adanya gejolak antara dua orang investor di Ekas Adventure ini. Padahal sekarang wisatawan sudah banyak datang ke sana. Tapi sekarang di tengah jalan muncul masalah berkaitan saling klaim atau perebutan aset antara dua orang investor tersebut,” kata kepala DPMPTSP Lotim, Muksin, ketika dikonfirmasi koran ini kemarin.
Saling klaim pengelolaan Ekas Adventure murni persoalan pribadi antara dua orang investor. Masalah itu dipastikan di luar konsep investasi. Jika ada wanprestasi antara dua pihak maka saran Muksin sebaiknya diselesaikan melalui proses hukum.” Berkaitan dengan kenyamanan, dan kemanan bagi investor tetap menjadi kewenangan kita. Baik itu pemerintah kabupaten, provinsi bahkan pusat. Tapi Ekas Adventure ini kan merupakan masalah pribadi. Sehingga kita tidak tau seperti apa kesepakatan sebelumnya terkait pengelolaan tempat itu antara ibu Aishah dan YE,” lanjut Muksin.
Karenanya Muksin tidak menginginkan persoalan tersebut berlarut. Kalau dibiarkan seperti itu tentunya akan menggangu investasi di Lotim terutama di wilayah selatan khususnya lagi di kawasan Ekas.”Makanya masalah ini harus kita redam bersama-sama. Yang paling utama investor yang berada disana jangan terpengaruh dengan orang- orang yang punya kepentingan tertentu. Yang harus didengar adalah pemerintah,” tandas Muksin.
Aishah adalah orang yang melapor ke polisi. Ia mengaku resah karena tidak bisa sepenuhnya mengambilalih pengelolaan tempat tersebut dari YE karena orang suruhan YE selalu memantau bahkan berupaya mencegahnya masuk ke tempat itu. “Kita kesulitan melakukan aktivitas dan juga merasa sangat tidak nyaman,” ungkapnya.(lie)