MATARAM—Ditangkapnya tiga terduga teroris di Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, oleh Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, Senin lalu (23/10).
Dimana satu dari tiga terduga teroris dikabarkan berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup Pemprov NTB, dibantah tegas Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldagri) NTB, Ruslan Abdul Gani.
“Tidak ada PNS, inshaallah bukan (ASN Pemprov NTB, red),” tegas Ruslan Abdul Gani, saat ditemui di Mataram, Selasa kemarin (24/10).
Mantan Kepala Biro Hukum Setda NTB itu juga mengatakan pria berinisial R yang diamankan Tim Densus 88 Mabes Polri itu, sampai sekarang belum terkonfirmasi sebagai ASN yang bertugas di lingkup Pemprov NTB. Dirinya juga meyakini bahwa tidak ada ASN di lingkup Pemprov NTB yang terpapar terorisme.
“Yakin saja tidak ada ASN. Kalau memang toh seperti ini (ASN Pemprov, red). Ini yang akan kita dalami. Tetapi sampai hari ini belum (terkonfirmasi) ada ASN,” tegas Ruslan.
Untuk diketahui, selain R yang diduga seorang PNS di lingkup Pemprov NTB. Salah satu terduga teroris yang ditangkap juga diduga adalah seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Mataram berinisial I. Dalam penangkapan itu, Tim Densus 88 Mabes Polri juga mengamankan beberapa barang berupa bendera, panah, dan senjata tajam.
Pemerintah kata Ruslan, terus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait penyebaran paham radikalisme dan tindak terorisme ini. Salah satunya Pemprov NTB mengimbau kepada masyarakat agar memasukkan anaknya ke sekolah umum milik Pemerintah.
Pemprov NTB juga mewanti-wanti supaya tidak ada lagi pihak yang membangun sekolah sendiri, dengan sistem pendidikan yang tidak sesuai dengan ketentuan Pemerintah. “Kita usahakan jangan lagi ada yang membuat sekolah sendiri, dan membuat program sendiri. Ini yang kita coba lakukan pendekatan, baik dari segi ekonomi sosial, budaya, dan dari semua aspek kita masuki,” ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri telah mengamankan tiga terduga teroris di Desa Rumak, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Senin lalu (23/10). Kabid Humas Polda NTB, Kombes Pol Arman Asmara Syarifuddin mengatakan pengamanan tiga orang terduga teroris itu sekitar pukul 11.00 WITA.
Mengenai identitas pelaku, pihaknya belum mengetahui secara pasti. Begitu juga alamat pasti dari ke tiga orang yang diamankan tersebut. “Kalau persoalan itu wewenangnya Densus 88,” sebutnya.
Beberapa hari sebelumnya, Kamis (19/10) lalu, Tim Densus 88 juga mengamankan dua orang yang terindikasi jaringan teroris di Kecamatan Terara, Lotim, dengan inisial I dan M.
Menyinggung apakah penangkapan terduga teroris di Lobar ini hasil pengembangan di Lotim? Arman juga mengaku tidak mengetahui secara pasti. Termasuk juga dengan jaringan tiga orang yang diamankan tersebut. “Kalau itu kami belum dapat info. Kami hanya membenarkan ada penangkapan saja,” ujarnya.
Diakui, sebelum diberangkatkan ke Jakarta, tiga terduga teroris yang diamankan di Lobar itu dititipkan di Rumah Tahanan (Rutan) Polda NTB. Penitipan penahanan tiga orang itu juga dibenarkan Direktur Direktorat Perawatan Tahanan dan Barang Bukti (Dit Tahti) Polda NTB, ABKP Rifai. “Iya benar. Tapi untuk identitas tidak bisa kami sebutkan, karena bukan wewenang kami,” katanya.
Terpisah, Kepala Desa Rumak, Mukarram mengungkapkan keseharian dari warganya yang diduga terlibat jaringan teroris, dan telah diamankan Tim Densus 88 Mabes Polri, mengatakan bahwa warganya yang diamankan itu kesehariannya adalah perawat (ASN) disalah satu rumah sakit pemerintah, dan satu lagi masih mahasiswa. “Dia (terduga teroris) PNS keperawatan di rumah sakit,” ungkapnya.
Ke dua warganya yang diamankan, yaitu inisial I dari Dusun Rumak Barat Utara, dan R dari Dusun Rumak Barat Selatan. Atas kejadian itu, pihaknya hanya dapat menunggu perkembangan informasi yang ada. “Kita tunggu perkembangan informasinya,” ujarnya.
Dari pengalaman warga yang bergaul, terduga ini memang kurang bersosialisasi dengan masyarakat, atau jarang bergaul dengan masyarakat. “Terduga (teroris) ini agak tertutup,” tambahnya.
Selain sebagai PNS, terduga R juga mengajar ngaji di rumahnya, dan memiliki kelompok pengajian. Termasuk sholat berjamaah atau berbaur dengan warga, juga jarang dilakukan, karena memang dia memiliki tempat sendiri.
“Karena kegiatan mengaj
ar ngaji, jadinya kita tidak curiga,” jelas Mukarram, seraya menyatakan pasca penggeledahan kondisi masyarakat disekitar tempat tinggal terduga teroris, juga aman-aman saja. (rat/ami)