Sakit Parah, Khusnul Dipulangkan

Sakit Parah Khusnul Dipulangkan
MEMPRIHATINKAN : Inilah kondisi Khusnul Khotimah, TKW asal Lombok Tengah yang dipulangkan dari Riyadh Arab Saudi dalam kondisi sakit parah. (ist for Radar Lombok)

MATARAM – Sungguh tragis nasib Tenaga Kerja Wanita (TKW) atas nama Khusnul Khotimah, asal Dusun Otak Desa, Puyung Kabupaten Lombok Tengah.  Dia dipulangkan dari Riyadh Arab Saudi ke kampung halamannya dalam kondisi sakit parah.

Khusnul tiba di kampungnya pekan  lalu dengan sekujur tubuh melepuh. Wajahnya nampak bengkak-bengkak sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB. “Dulu dia berangkat jadi TKW itu sangat sehat, tapi kenapa tiba-tiba pulangnya jadi begini,” ujar ayah kandung Khusnul, Amaq Nadi saat berada di RSUD Provinsi NTB, Selasa kemarin (4/4).

[postingan number=5 tag=”tki”]

Dituturkan Amaq Nadi, anaknya diajak menjadi TKW oleh seseorang bernama Hj Sifah pada tahun 2006 melalui jalur resmi. Namun setelah sampai di negara tujuan, keluarga kehilangan kontak.   Tidak pernah ada kabar dan komunikasi dengan pihak keluarga juga terputus seketika.

Saat berangkat, usia Khusnul diperkirakan sekitar 14 tahun. Amaq Nadi benar-benar tidak mengetahui tanggal kelahiran anaknya karena memang tidak pernah menyentuh dunia pendidikan. “Bagaimana bisa kami tidak sedih, hampir 11 tahun jadi TKW tanpa kabar, terus dikabari dalam keadaan sakit,” ucapnya.

Menurut Amaq Nadi, anaknya tidak pernah mengirimkan uang ke pihak keluarga. Komunikasi saja tidak pernah ada. Amaq Nadi tidak mengetahui apa penyebab anaknya yang langsung menghilang setelah sampai di Arab Saudi.

Baca Juga :  Penerbangan Internasional Buka, Pengiriman TKI Dilarang

Untuk mengetahui nasib anaknya, Amaq Nadi berkali-kali menemui Hj Sifah selaku orang yang mengajak anaknya menjadi TKW. Namun tidak ada jawaban memuaskan karena Hj Sifah juga tidak mengetahui keberadaan Khusnul. “Tidak ada yang tahu dimana anak saya, padahal pergi secara resmi,” ungkapnya.

Disampaikan, biaya yang telah dikeluarkan untuk menjadi TKW lebih dari Rp 2 juta pada tahun 2006. Belum lagi uang-uang lainnya yang juga tidak sedikit. Namun, setelah tiba di Riyadh, Khusnul sama sekali tidak pernah mengirimkan uang hasil kerjanya.

Kepala Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) NTB, Mucharom Ashadi saat dikonfirmasi Radar Lombok membenarkan adanya TKW asal Puyung, Lombok Tengah yang dipulangkan dalam kondisi sakit. “Memang betul, dan tadi pagi sudah dibawa ke RSUP untuk perawatan lebih lanjut,” kata mantan aktivis mahasiswa ini.

Dijelaskan Mucharom, Khusnul Khotimah tercatat sebagai TKW resmi yang berangkat melalui PT Leyvi Perkasa Bersaudara pada tahun 2006. Khusnul bekerja sebagai pembantu rumah tangga di majikan bernama Saud Makazi sejak tahun 2006 sampai Desember 2016.

Menurutnya, dalam kontrak kerja Khusnul bekerja hanya 2 tahun saja sampai 2008. Namun, faktanya Khusnul terus bekerja dan tidak kembali ke kampung halamannya. “Seharusnya tahun 2008 itu dia pulang, tapi terus saja dia kerja. Makanya dia istilahnya over stay,” ucap Mucharom.

Baca Juga :  Imigrasi Dituding Biang Maraknya TKI Ilegal

Kemudian pada tahun 2016, Khusnul bersama majikannya datang ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh untuk memperpanjang paspor. Kondisinya sudah terlihat sakit dan sudah terkena penyakit lupus yang semakin parah.

Saat dimintai keterangannya di KBRI, diketahui gaji Khusnul belum dibayar oleh majikan. Hal itulah yang membuat pihak KBRI enggan memperpanjang paspor Khusnul. “Kalau mau perpanjang paspor, majikan harus bayar dulu gajinya. Dan itu sudah dilakukan,” ungkapnya.

Majikan Khusnul kemudian memberikan uang sebesar 77.100 real. Prosesnya cukup panjang, setelah itu, barulah pada tanggal 16 Maret 2017 dipulangkan ke Indonesia. Mengingat kondisi Khusnul yang sakit, akhirnya dibawa ke rumah sakit Polri Keramat Jati. “Tapi kan baru 4 hari dioperasi, keluarganya minta agar dipulangkan. Kita sudah koordinasikan dengan Disnakertrans dan RSUP agar bisa memfasilitasi pengobatan Khusnul,” terang Mucharom.

Terkait dengan pengakuan pihak keluarga, yang sama sekali tidak pernah melakukan komunikasi dengan Khusnul, Mucharom menegaskan bukan karena apa-apa. Namun lebih kepada waktu Khusnul yang tidak ada untuk menjalin komunikasi dengan pihak keluarga. “Berdasarkan informasi yang kami terima dari KBRI, semua hak-hak Khusnul sudah dipenuhi. Tidak ada kekerasan, tidak ada penganiayaan. Sakitnya itu sakit lupus, bukan akibat penganiayaan,” katanya. (zwr)

Komentar Anda