Rp 44 Miliar untuk Kelompok Ternak Ayam Petelur

TERNAK AYAM : NTB menyiapkan Rp 44 miliar untuk mengembangkan kelompok ternak Ayam untuk produksi telur. (DEVI HANDAYANI / RADAR LOMBOK)

MATARAM – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Provinsi NTB menyiapkan anggaran Rp 44 miliar untuk kembangkan kelompok ternak, terutama dalam memenuhi kebutuhan telur dalam daerah, agar tidak memasok dari luar NTB.

Sekretaris Disnakeswan Provinsi NTB Rahmadin menyebut, ada 103 kelompok ternak yang akan dikembangkan untuk bisa memproduksi telur ayam. Sekarang ini sedang dalam proses membuatan kadang, pullet atau ayam petelur, serta kebutuhan pakan dan obat-obatan.

“Itu nanti anggaranya untuk 103 kelompok yang kita kelola Rp 44 miliar dari APBD saja, itu di seluruh kabupaten/kota,” kata Rahmadin, Senin (5/7).

Ditargetkan pengembangan kelompok ternak telur ini akan rampung dalam waktu dekat, yakni akhir Agustus mendatang, baik itu untuk kadang dan pulletnya.

“Sekarang saya mau memasukkan lelang untuk pullet, nanti akhir Agustus atau diawal September itu akan terealisasi semua,” imbuhnya.

Baca Juga :  Tarif PPN Naik, Ini Barang dan Jasa yang Bebas PPN

Nantinya daerah yang menjadi tempat pengembangan kelompok ternak ini, diantaranya, untuk Lombok Timur 24 lokasi, Sumbawa 22 lokasi, Dompu 2 lokasi, Kota Bima 4 lokasi, Kabupaten Bima 2 lokasi, Lombok Barat 10 lokasi, Lombok Utara 2 lokasi, Kota Mataram 4 lokasi.

“Kemudian ada Kabupaten Sumbawa Barat sekitar 6 atau 8 lokasi, Lombok Tengah ada sekitar 20 lebih. Itu nanti tujuannya untuk kemandirian telur,” terangnya.

Dikatakan kemandirian telur ini yang dikejar sekarang, tahun lalu sudah dijalankan pengembangannya. Setelahnya beberapa tahun kemudian, kemungkinan NTB tidak akan ada lagi pasokan telur yang masuk dari Bali ataupun Jawa.

“Sekarang masyarakat sudah bisa berproduksi sendiri dan nilai ekonomisnya buat masyarakat itu sangat luar bisa. Geliatnya sudah bagus di masyarakat untuk ayam petelur,” tuturnya.

Selama ini harga telur lokal lebih mahal dibandingkan dengan telur Jawa dan Bali. Karena memang produksinya banyak bisa menekan harga, begitu juga dengan NTB jika nantinya produksi sudah banyak maka harga itu bisa menurun.

Baca Juga :  PLN Terus Dorong Pemanfaatan FABA PLTU

“Kenapa harga telur Bali lebih murah, karena satu produksinya banyak kedua telur yang datang itu merupakan telur-telur lama. Kita kenapa lebih mahal karena telurnya fresh,” ungkapnya.

Dia berharap kedepannya, telur-telur lokal ini yang akan menyuplai kebutuhan masyarakat di NTB. Dari kelompok ternak tersebut satu kelompok diberikan 500 ayam petelur dengan hasil produksi bisa mencapai 14 terai per hari. Jika kondisinya di tengah musim petelur.

“Kita sebelum ada ayam petelur itu impor telur sampai sekitar 6000 terai yang datang dari Bali dan Jawa. Kemudian tahun ini menurun menjadi 4000 terai, itu kita tekan terus supaya menurun,” tandasnya. (dev)

Komentar Anda