Ribuan Masyarakat NTB Positif DBD

dr Zainul Arifin
dr Zainul Arifin.(Faisal haris/radarlombok.co.id)

MATARAM–Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mengancam. Jumlah warga yang terserang penyakit ini cukup tinggi.

Data Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB,  sejak Januari sampai akhir Februari 2020 jumlah penderita kasus DBD mencapai angka 1437 orang. Kasi Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi NTB, dr Zainul Arifin, penderita penyakit ini tersebar di semua kabupaten kota di NTB. Yang paling banyak terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. “Paling banyak Lombok Barat yang mencapai 490 orang positif DBD, yang kedua Kota Mataram sebanyak 320 orang. Sementara yang paling sedikit itu Kabupaten Dompu dan Kota Bima masing-masing 9 orang,”ucapnya saat ditemui radarlombok.co.id di ruang kerjanya.

 Untuk Kabupaten Lombok Utara yang positif DBD sebanyak 148 orang, Kemudian Kabupaten Lombok Timur sebanyak 188 orang dan Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 58 orang. Selanjutnya Kabupaten Sumbawa sebanyak 139 orang, Kabupaten Sumbawa Barat sebanyak 43 orang dan yang terakhir kabupaten Bima sebanyak 33 orang. “Kalau dilihat dari kasus DBD di Kabupaten Lombok Utara dengan jumlah penduduknya lebih tinggi dibandingkah Kota Mataram. Namun jika dibagi dengan jumlah penduduknya yang sedikit,”terangnya.

Dibandingkan tahun lalu, terjadi peningkatan jumlah penderitanya. Tahun lalu, tercatat sebanyak 2971 orang selama 12 bulan. Namun jika dibandingkan di bulan yang sama yakni Januari- Februari 2019 maka tingkat kematiannya cukup tinggi sebanyak 16 orang. Sedangkan tahun 2020 hanya satu orang. “Jika kita badingkan dengan tahun lalu, meningkat jauh kasus DBD 2020. Tahun lalu hanya 12 bulan sajak kasus DBD hanya 2971 orang. Kalau sekarang, baru dua bulan sudah meningkat dua kali lipat,”terangnya.

 dr Zainul juga menyampaikan, potensi penyebaran DBD ini masih ada. Dia memperkirakan, puncaknya justru pada Maret mendatang hingga November. “Puncaknya biasanya pada Maret-April, jika kita tidak melakukan apa-apa. Kalau kita lakukan tindakan biasanya puncaknya Februari setelah itu angka DBD turun. Kalau tidak dilakukan apa-apa selama ada hujan angka DBD akan semakin tinggi, karena tergatung curah hujanlah,”ujarnya.

Dari awal pihaknya melakukan imbuan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota untuk waspada DBD. Tidak hanya itu tindak yang sudah dilakukan dalam rangka antisipasi kasus DBD dengan menyiapkan layanan kesehatan baik dari tingkat Puskesmas hingga rumah. “Kita sudah bersurat ke dinas kesehatan setiap kabupaten untuk melakukan kewaspadaan dalam memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan kasus DBD. Kemudian kita harapkan masyarakat untuk menjaga lingkungan sekitarnya supaya tidak ada tempat bersarang nyamuk dan kita juga sudah siapkan layanan kasus DBD,”ungkapnya.

 Selain itu juga, lanjutnya, masyarakat juga perlu membasmi sarang nyamuk secara serempak dan berkesinambungan sehingga tidak ada lagi tempat  bersarang dan berkembangbiak. Bisa juga melakukan  3M yaitu menguras, menutup dan mengubur. “Mininam seminggu sekali melakukannya dengan serempak,”ucapnya.

Tidak hanya DBD yang sering terjadi disaat musim hujan, namun berbagai penyakit yang sering menyerang masyarakat seperti penyakit deare, TBC dan lain sebagainya dan angka penderitanya juga cukup banyak. “Angka pastinya kami belum bisa menyampaikan karena harus melihat data dulu, namun yang jelas cukup tinggi juga. Jika kita lihat data tahun lalu,”tutupnya.(sal)

Komentar Anda