Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Lotim Terancam Gagal Panen

kekeringan gagal panen
KEKERINGAN: Ribuan hektare lahan pertanian dan jagung terancam mengalami gagal panen akibat kurangnya air. (JANWARI IRWAN/RADAR LOMBOK)

SELONG – Kekeringan yang melanda Kecamatan Jerowaru sejak beberapa bulan ini belum saja tuntas. Setelah pemerintah berhasil menekan kekurangan air minum. Kali ini lahan pertanian jagung dan padi yang terancam gagal panen akibat kurangnya pasokan air.

Salah satu warga Dusun Serumbung Desa Pemongkong Kecamatan Jerowaru, Mahar mengatakan, kekeringan yang terjadi di wilayah selatan ini akibat tidak ada air hujan yang turun selama sebulan lebih. Meski saat ini air hujan, tetapi tanaman padi dan jagung belum bisa menikmati air hujan akibat keringnya lahan. Sehingga salah satu solusinya, pemerintah harus memberikan solusi yang lebih tepat. “Karena tidak ada air yang mengalir ke wilayah selatan terutama di Desa Serumbung, Kuang Rundun, dan Paremas, sehingga petani merasa ketakutan kalau ini mengalami kegagalan,” katanya.

BACA JUGA: Ratusan Lembar KIS dan KIP Dibuang di Pinggir Kali

Untuk Desa Serumbung, katanya, luas tanam padi jumlahnya sekitar ribuan hektare tanam padi. Di mana ada yang menanam pada bulan Desember 2018 yang lalu, dan ada juga yang menanam pada bulan Januari 2019. Bahkan ada masyarakat yang menanam pada bulan Februari yang tentunya sangat membutuhkan air bersih. “Untuk warga selatan ini tidak pernah mengharapkan air Pandanduri, karena meski ada, airnya tidak bisa dirasakan oleh masyarakat selatan. Jadi kita hanya harapkan air hujan saja,” akunya.

Untuk wilayah Desa Pemongkong ini, sebutnya, petani yang bisa merasakan air Pandanduri hanya petani yang ada di kiri jalan. Sementara petani yang berada di kanan jalan, tidak bisa menikmati air bendungan Pandanduri. “Bagaimana kita bisa menikmati air Pandanduri, irigasi saja kita tidak ada,” sesalnya.

Hal senada juga diakui oleh petani jagung asal Desa Sekaroh, H Rais. Menurutnya, ribuan hektare untuk Desa Sekaroh saja, luas tanam jagung mencapai ribuan hektare yang kondisinya beragam. Ada yang sudah berbuah, mau panen, dan ada juga jagung yang baru setinggi 30 centimeter yang membutuhkan air banyak. “Yang kita kasihan, teman-teman yang baru menanam ini, karena hampir 40 persen  baru ditanam karena kekurangan air,” katanya.

Baca Juga :  PU Didesak Berikan Petani Ganti Rugi

Untuk wilayah Sekaroh, katanya, kekeringan lahan pertanian sudah menjadi hal biasa dialami oleh warga. Hal ini terjadi karena tidak ada irigasi yang bisa digunakan oleh masyarakat banyak. Hanya mengandalkan air hujan saja. “Karena kondisi lahan masyarakat ada yang di atas bukit, tentunya masyarakat hanya butuh air embung dan air hujan,” akunya.

Sementara itu, Camat Jerowaru Jumaseh tidak menepis kekeringan yang terjadi di wilayah Kecamatan Jerowaru. Permasalahan air ini menjadi persoalan yang serius untuk dirinya bersama pemerintah kabupaten untuk menuntaskan masalah kekeringan yang terjadi. “Ini saya baru saja pulang dari lapangan meninjau kondisi lahan yang sudah memperihatinkan,” jelasnya.

Untuk Kecamatan Jerowaru, ini katanya, persoalan kekeringan sudah menjadi ciri khasnya. Padahal pada saat ini merupakan musim hujan, tetapi kekeringan lahan ini jumlahnya sangat luas. Sehingga harus menjadi persoalan yang segera dituntaskan. “Kalau kita bantu masyarakat menggunakan air tangki tidak mungkin, karena lokasi sangat tidak mengizinkan,” paparnya.

BACA JUGA: Pengakuan Ustad Cabul di Hadapan Bu Camat

Untuk Desa Sekaroh, kata Jumaseh, berdasarkan data dari pemerintah desa, luas tanaman jagung yang akan terancam mati kalau air hujan tidak ada jumlahnya sebanyak 4000 ribu hektare. Karena kondisi saat ini, tanaman jagung ini sudah mulai mengering. “Ini yang menjadi persoalan yang kita hadapi sekarang, sementara kalau kita bantu menggunakan air tangki tidak bisa, karena lokasinya yang tidak mengizinkan,” katanya.

Untuk Kecamatan Jerowaru, katanya, lokasi kekeringan ini hampir terjadi di semua desa. Untuk saat ini, yang sudah melaporkan kejadian hanya terjadi di wilayah desa Ekas, Desa Kuang Rundun, Desa Serewe. Hanya saja, di desa ini belum sempat didatangi karena masih terfokus di wilayah Desa Sukaraja yang juga mengalami kekeringan lahan pertanian.

Baca Juga :  Pangdam Udayana Monitoring Pertanian NTB

Dikatakannya, dari hasil pengecekan di lapangan di wilayah Sekaroh yang dijadikan sampel, kondisi jagung masyarakat sudah banyak yang mati. Sehingga solusi yang tepat agar permasalahan ini tidak terulang dan tidak mengancam petani jagung. “Sebenarnya yang menjadi persoalan di wliyah Desa Sekaroh dan lainnya ini disebabkan dengan tidak ada irigasi karena kondisi geografisnya yang bergunung,” ujarnya.

Salah satu solusi yang digunakan oleh masyarakat saat ini yaitu, memperbanyak pembangunan embung yang bisa dimanfaatkan untuk menyiram jagung pada saat membutuhkan air. Tetapi permasalahan yang dihadapi, air yang akan dipompa oleh masyarakat sudah tidak ada, sehingga ribuan lahan jagung terancam.

BACA JUGA: Tembakau Tetap Virginia tapi Dirajang

Begitu halnya yang dihadapi oleh petani padi, saat ini kondisinya tanahnya sudah mengering. Sementara untuk lahan padi ini, banyak lokasi yang tidak bisa dialiri akibat tidak ada irigasi menuju sawah masyarakat. “Coba lihat dari wilayah Serumbung dan sekitarnya yang berada di kiri kanan jalan, kondisinya sekarang sudah menguning dan bahkan ada yang sudah mati,” katanya.

Untuk petani padi yang berada di wilayah Dusun Serumbung Desa Pemongkong ini, kata Jumaseh, lahan pertanian yang bisa dialiri oleh air Pandanduri, yaitu yang berada di wilayah timur atau kiri jalan raya. Sementara yang berada di barat jalan raya ini, hanya membutuhkan air hujan saja, karena tidak ada irigasi menuju lahan. “Solusinya sekarang, pemerintah harus membangun irigasi agar air bisa mengalir ke sebelah barat. Entah mau membelah jalan atau seperti apa caranya tentunya ini harus dilakukan segera oleh pemerintah, karena kondisi kekeringan seperti ini menjadi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat,” kata Jumaseh. (wan)

Komentar Anda