Retail Modern Kuasai Harga Pasar di Mataram

RETAIL MODERN: Salah satu retail modern yang baru buka di Jalan Raden Panji Anom, Kelurahan Pagutan Timur, Kota Mataram (FAHMY/RADAR LOMBOK)

MATARAM—Hasil evaluasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Mataram, menjamurnya pasar retail modern di Kota Mataram diperkirakan dapat menguasai harga pasar, terutama untuk kebutuhan Sembilan Bahan Pokok (Sembako) di Kota Mataram.

Mengantisipasi inflasi daerah Kota Mataram, TPID mengadakan Rapat Pengendalian Inflasi di Ruang Rapat Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram, kemarin.

Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Bappeda Kota Mataram, Lalu Martawang, didampingi perwakilan dari Bank Indonesia NTB, Prijono. Rapat TPID juga dikuti oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Mataram, Lalu Putradi dan anggota Tim TPID perwakilan dari Akademisi, Dr Iwan Harsono, serta seluruh Anggota TPID Kota Mataram.

Perwakilan dari anggota TPID Kota Mataram, Firman, menjelaskan saat ini Kota Mataram sedang banyak membangun pasar retail modern. Dikatakan Firman, pasar retail modern akan bisa menguasai harga pasar, dan mereka bisa mengendalikan harga-harga terutama waktu mereka mengadakan promo harga. “Hal ini bisa dicegah, bila tim TPID mengadakan turun pasar dengan cara mewawancarai penjualnya langsung,” kata Firman.

Baca Juga :  Ritel Modern Wajib Serap 30 Persen Produk Lokal

Penyebab kenaikan harga saat ini lanjut Firman, belum mengetahui langsung bagian mana yang menjadi penyebabnya. Tetapi hal itu bisa di ketahui jika Tim TPID mengadakan penelitian yang dapat dilakukan dengan mensurvey langsung harga-harga di pasar. “Kita harus turun untuk mengadakan penelitian soal beberapa harga masih tinggi,” paparnya.

Anggota yang lain, Dr. Iwan Harsono, mengatakan selama 6 bulan ini Kota Mataram mengalami deflasi. Efek dari deflasi adalah menurunnya produksi barang.

Menurut Iwan, tugas TPID adalah mengendalikan inflasi yang dilakukan dengan 4 cara, yakni penyediaan anggaran dan intervensi harga, pengecekan langsung ke gudang penyimpanan, transportasi lancar, dan menjaga distribusi barang. Seandainya inflasi terus naik, maka akan banyak terjadi kemiskinan. “Kita tidak buat deflasi, tapi kita mengontrol inflasi,” tegasnya.

Baca Juga :  Ritel Modern Jangan Sampai Matikan Pengusaha Kecil

Sementara Kepala BI NTB, Prijono menjelaskan, bahwa Kota Mataram mengalami deflasi sebesar 0,66 persen, dan inflasi sebesar 2,24 persen. Deflasi disebabkan oleh penurunan harga kelompok administrasi price, khususnya tarif angkutan udara, dan penurunan harga kelompok volatile food yaitu cabe rawit dan daging ayam.

Tekanan inflasi Volatile food diperkirakan mengalami peningkatan menjelang akhir tahun, seiring perayaan Maulid Nabi yang jatuh pada pertengahan Desember. “Jelang Maulid, inflasi akan semakin tinggi,” singkatnya.

Sedangkan Kepala BPS Kota Mataram, Lalu Putradi, dalam survey mingguan yang dilakukan pihaknya, harga komoditi sampai minggu ke 3 diperkirakan akan naik pada Bulan Oktober, antara lain Cabe Merah sebesar 26 persen dan Daging Ayam sebesar 7 persen. “Sedangkan pada survey yang dilakukan per dua minggu, sampai minggu ke 2 pada Bulan Oktober, harga naik pada komoditas Cabe Hijau sebesar 27 persen,” pungkasnya. (ami)

Komentar Anda