Resensi Buku “Keris di Lombok”

Resensi Buku
Oleh Saepul Akhkam
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Lombok Barat

Nyaris tidak banyak buku yang mengabarkan tentang bagaimana kayanya heritage di Pulau Lombok. Karya Lalu Djelenga tentang “Keris di Lombok” telah benar-benar hadir tidak hanya menjadi katalog, buku teknis per-keris-an, dokumentasi, namun juga menjadi warisan sangat kaya dari peradaban dan sejarah Nusantara pada umumnya, dan bagi Suku Bangsa Sasak pada khususnya.

Dalam buku yang banyak dihiasi oleh dokumentasi keris yang sepertinya adalah koleksi pribadi, pembaca juga akan dihadirkan pada fakta-fakta masa lalu yang menjadi ruang dan waktu lahirnya karya-karya digdaya putra Nusantara.

Hampir 120 halaman dari buku tersebut berisikan tentang Sejarah Lombok yang membawa imajinasi pembaca tentang bagaimana “pulau seribu masjid” ini membangun peradabannya. Dinamika historis tersebut dituturkan Lalu Djelenga dengan sangat mengalir seolah-olah ia adalah pelaku yang bermain dengan mesin waktu. Walau “agak miskin” referensi dan banyak bermain dengan “versi”, setidaknya penuturan tentang Lombok di masa lalu bisa sedikit demi sedikit terungkap, baik melalui peninggalan (artefak) maupun tradisi tutur yang terliterasikan dalam “babad”.

Baca Juga :  Resensi Buku "Dari Kelas Menulis Menuju Mahakarya"

Selebihnya ketika tradisi tulis menguat seiring dengan berkembangnya imperialisme Belanda di tanah Lombok, Lalu Djelenga melampirkan tuturannya dengan berbagai dokumen dan foto-foto hitam putih yang menggambarkan masa lalu.

Sesuai judulnya buku ini “membedah” keris Lombok dengan sangat lugas. Djelenga sangat mampu “mengkatalogkan” keris-keris yang ada dari berbagai pendekatan. Tidak hanya dari aspek ciri (ricikan) fisik; seperti angun-angunan, bilah, luk, dan seterusnya, namun juga menghadirkan wawasan tentang aspek magis dari keris. Seterusnya Djelenga menarasikan secara grafis aspek magis yang ia yakini ada di setiap karya para mpu keris.

Baca Juga :  Resensi Buku "Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949"

Dari aspek heritage yang harus ditumbuh suburkan, buku ini juga membagi pengetahuan tentang pakem penggunaan keris dalam berbagai ritual kebudayaan (khususnya bagi Suku Bangsa Sasak).

Dari berbagai kekurangan teknis yang tersaji, buku ini ditulis langsung oleh penggemar dan kolektor, dan bisa jadi penghayat kekuatan keris. Lalu Djelenga yang semasa menjalani hobinya merawat dan menemukan pengetahuan tentang keris, adalah abdi negara di bidang infrastruktur. Berlatar belakang pendidikan teknik sipil (insinyur), sesuatu yang luar biasa ketika beliau dengan sangat fasih menulis tentang kebudayaan suku bangsanya, terutama sangat fasih menulis tentang keris. Sangat beruntung anak-anak muda saat ini diwariskan buku yang sangat informatif. Selebihnya, luar biasa beruntung orang-orang yang pernah mendengar Lalu Djelenga bertutur di tengah kesibukannya ngurus campuran semen dan pasir atau olahan aspal.

Selamat membaca!

Komentar Anda