Resensi Buku “Dari Kelas Menulis Menuju Mahakarya”

Resensi Buku
Oleh Saepul Akhkam
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Lombok Barat

Selain membaca, kemampuan menulis sering dianggap sebagai kemampuan paling linier dan bahkan tertinggi dalam rangkaian epistemologi manusia. Tidak semua orang yang pintar membaca akan bisa menulis. Tidak semua orang yang pintar bicara akan pintar juga menulis. Namun juga sesungguhnya sebaliknya. Bisa jadi mampu menulis tidak equivalen dengan mampu bicara (baca: pidato). Dalam menemukan titik temunya, baik kualitas menulis dan bicara sering terbaca dari kuantitas dan kualitas bacaan.

Kegiatan membaca dan menulis sebagai fokus dari buku ini seperti rangkaian sebab dan akibat. Kegiatan membaca (baik bahan bacaan maupun terhadap kenyataan sehari-hari) adalah oase dari kegiatan menulis. Seharusnya, semakin banyak bahan bacaan, semakin kritis membaca keadaan, maka akan semakin berkualitas sebuah tulisan. Akan tetapi kegiatan menulis bukan seperti membaca. Kegiatan menulis adalah kegiatan yang lebih mengarah pada aspek praktik, keterampilan, dan kebiasaan. Semakin terbiasa menulis, maka seseorang akan semakin trampil merangkai kata per kata untuk menjadi paragraf, dan seterusnya menjadi sebuah buku. Isinya akan mampu memberi pengetahuan dan bahkan mempengaruhi para pembaca.

Baca Juga :  Ritual Mandik Keris Lombok pada Malam Muharam

Dalam Kata Pengantar, Arfan Muammar tegas menyimpulkan “Kepiawaian anda menulis akan terus meningkat seiring dengan latihan-latihan yang dilakukan”.

Buku ini disusun untuk menyemangati semangat menulis (tentu setelah terolah dengan membaca, baik dari sumber buku, keadaan, bahkan kondisi bathin). Dirangkai oleh tim editor, buku ini adalah bunga rampai (antologi) bukti praktikum kelas daring yang diselenggarakan oleh Komunitas Sahabat Pena Kita (SPK). Kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh “para mentor” dari dua kelas selama dua puluh satu hari kelas daring telah melahirkan dua puluh tulisan pendek yang sangat menginspirasi, mulai dari menjadikan peristiwa sehari-hari (biasanya sebagai rangkaian diary) sebagai ide penulisan, bagaimana merangkum ide-ide dan inspirasi, lalu provokasi agar kebiasaan menulis bisa dimulai dan akhirnya bisa berkembang, sampai pada harapan dan cita-cita menghadirkan mahakarya dalam penulisan.
Semua tersadur dan hadir menjadi bahan bacaan yang ringan, renyah, dan mudah difahami. Pada akhirnya, kembali proses menulis adalah sebuah keterampilan. Menulis harus dimulai. Seperti judul paper dalam buku ini yang ditulis oleh Syahrul; “Tulis Aja Dulu”. Dengan demikian, kebiasaan menulis akan berimbas menjadi kemampuan menulis. Semakin sering menangkap ide dan inspirasi, semakin mampu dituangkan dalam kegiatan menulis, maka semakin tulisan itu akan mampu mengayakan khazanah pengetahuan.

Baca Juga :  Resensi Buku "Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949"

Selamat membaca, dan mari menulis.

Komentar Anda