Ratusan Warga Kayangan Demo Tuntut Keadilan untuk Rizkil Watoni

UNJUK RASA: Ratusan warga unjuk rasa menuntut keadilan bagi Rizkil Watoni di Polsek Kayangan, Jumat (21/3). (DERY HARJAN/RADAR LOMBOK )

TANJUNG — Ratusan warga turun ke jalan menggelar aksi damai, menuntut keadilan atas kematian Rizkil Watoni. Aksi ini dimulai dari Patung Kuda Kayangan, dan berlanjut hingga ke Kantor Polsek Kayangan, Jumat (21/3).
Yanto Anggara, selaku koordinator massa, menyampaikan bahwa warga meminta kepolisian untuk mengusut tuntas kasus kematian Rizkil Watoni. Sebab, menurut dia ada dugaan intervensi dari oknum aparat kepolisian dalam penanganan kasus yang dialami korban sebelum ia ditemukan meninggal.

“Kami meminta pihak kepolisian untuk bertindak profesional dan transparan dalam menangani kasus ini. Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, maka kami mendesak Kapolsek Kayangan untuk mengundurkan diri dari jabatannya,” tegas Yanto dalam orasinya.

Selain itu, ia juga meminta kepolisian segera menindak penyebaran video yang diduga menjadi pemicu awal permasalahan ini. Video tersebut diketahui disebarkan oleh salah satu karyawan ritel modern, yang kemudian memicu reaksi negatif terhadap korban.

Aktivis lainnya, Adam Tarpiin menyampaikan bahwa proses hukum ini harus segera dituntaskan. Jika tidak, maka pihaknya khawatir akan terjadi gejolak di masyarakat KLU. “Kita tidak mau wajah KLU jadi tercoreng karena ada beberapa oknum polisi yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. Ini harus jadi momentum untuk intropeksi diri. Jangan kita mengklaim selalu benar dan super power. Jangan begitu,” ucapnya.
Adam meyakini banyak anggota polisi yang baik di KLU.

Jangan sampai karena ulah satu dua oknum, kemudian semua kena getahnya. Untuk itu, pihaknya berharap pimpiman Polri mulai dari Polsek hingga Mabes menindak tegas anggota yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. “Jangan malah dilindungi oknum-oknum seperti itu,”ucapnya.
Perwakilan keluarga korban, Hamdan, turut menyampaikan kesaksiannya mengenai sosok Rizkil Watoni.

Menurutnya, korban adalah pemuda yang memiliki kepribadian baik, dan dikenal sebagai pekerja keras.
“Sejak kecil, Rizkil sudah ditinggalkan ibunya, dan hanya tinggal bersama ayahnya. Ia tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan pekerja keras. Demi pendidikan, ia rela menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk bisa membiayai kuliahnya sendiri,” ungkap Hamdan.

Setelah pulang dari luar negeri, Rizkil Watoni melanjutkan pendidikan dan berhasil meraih gelar sarjana. Tidak hanya itu, ia juga berhasil lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Keberhasilannya itu menjadi harapan besar bagi keluarganya, mengingat ia adalah tulang punggung keluarga.

Namun harapan itu sirna begitu saja, setelah tragedi ini terjadi. Hamdan menyebutkan, bahwa keponakannya adalah korban dari fitnah dan tekanan sosial yang akhirnya membuatnya nekat mengakhiri hidupnya.
“Kami tidak ingin ada kejadian serupa menimpa generasi muda lainnya. Jangan sampai hanya karena fitnah, seseorang kehilangan nyawa,” tegasnya.

Keluarga korban meminta agar keadilan ditegakkan, dan aparat kepolisian diminta untuk bekerja secara transparan, serta tidak melindungi pihak-pihak yang mungkin bertanggung jawab atas tragedi ini.

“Kami ingin keadilan ditegakkan. Kami ingin kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar tidak ada lagi korban seperti Rizkil di masa depan,” tutupnya. (der)