SELONG – Ratusan warga Desa Pena Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur berbondong – bondong mendatangi pemakaman Tanduk untuk mengikuti ritual Garap Rabu kemarin (22/3).
Di pemakaman Tanduk sudah ada pemangku yang akan memberikan air minum kepada warga yang hadir. Ritual Garap merupakan kearifan lokal yang dipercayai masyarakat sebagai cara agar lingkungannya aman dari tindakan kriminalitas.
Ritual ini dipercaya oleh warga setempat untuk mencari para pelaku pencurian yang belakangan ini marak di desa setempat.
Air yang diminum warga tersebut sebelumnya sudah dimantrai dan dibacakan do’a oleh pemangku. Air tersebut kemudian dicampur dengan tanah kuburan ulama yang diambil dari tanah kuburan Nyatok di desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Nyatok sendiri dikenal sebagai ulama dan berperan dalam syiar agama Islam di Pulau Lombok.
[postingan number=5 tag=”wisata”]
Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Pena, Alep Haris mengatakan sebelum ritual Garap dilaksanakan telah dilakukan musyawarah warga.
Beberapa bulan terakhir ini, marak terjadi pencurian. Warga yang resah lalu meminta kepala dusun dan ketua adat untuk melaksanakan ritual Garap agar mengetahui siapa pelaku pencurian ini. “Ritual Garap ini sudah dilakukan secara turun- temurun untuk menyikapi laporan warga yang kehilangan,” ujarnya.
Warga meyakini, setelah meminum air yang diberikan pemangku, maka bagi para pelaku pencurian diyakini akan mendapat tulah atau bala. Jika pelaku tidak segera mengaku dan bertobat, maka bisa terkena musibah, sakit atau melarat seumur hidupnya. “Ritual Garap ini sudah dilakukan dua kali yaitu sekitar 4 tahun yang lalu namun karena beberapa bulan terakhir marak terjadinya pencurian maka kita putuskan untuk melaksanakan ritual Garap agar desa kita terhindar dari pencuri,”jelasnya.
Kepala Dusun Sagik Mateng Selatan Muhamad Fauzi mengatakan ritual Garap ini diikuti warga dari dua dusun, yaitu Dusun Sagik Mateng Utara dan dusun Sagik Mateng Selatan.”Setelah dua kali kita musyawarah dan meminta masyarakat mengakui perbuatannya, namun tidak ada yang mau mengaku, secara terpaksa ritual Garap ini dijalankan agar pelakunya bisa ketahuan,”jelasnya.
Meski demikian, bukan berarti dengan adanya ritual Garap ini masyarakat tidak waspada dengan pencurian yang marak terjadi. Pasalnya besar kemungkinan pelaku akan berasal dari luar desa. ”Jadi kita harus tetap waspada,” katanya.(cr-wan)