
MATARAM – Dampak musim kemarau tahun 2018 ini mulai terasa. Ratusan desa terdampak cukup parah di sembilan kabupaten/kota di Provinsi NTB. Bahkan kemarau tahun ini, lebih parah dibandingkan tahun 2017 lalu.
Kabid Kedaruratan dan Logislitik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB, Agung Pramuja mengungkapkan, hanya Kota Mataram yang saat ini terbebas dari dampak kekeringan. “Kondisi terkini terdampak 9 kabupaten/kota, 53 kecamatan dan 154 desa,” terangnya kepada Radar Lombok, Minggu pagi (15/7).
Agung terus menyusuri berbagai wilayah di NTB. Saat dihubungi, sedang berada di Lombok Tengah. Kemudian melanjutkan perjalanan ke wilayah Jerowaru, Lombok Timur. Berdasarkan temuan di lapangan, kekeringan tahun ini lebih parah dibandingkan tahun lalu. Terbukti, tahun ini petani hanya bisa sekali berhasil panen padi. “Banyak saya temui petani yang gagal panen. Padi mereka rusak,” ucapnya.
Titik lokasi kemarau terparah, berada di Lombok Tengah. Terutama di wilayah Praya Barat, Praya Timu, Mujur dan lain sebagainya. “Kami akan Rakor dengan kondisi saat ini, tanggal 18 Juli kita laksanakan dengan semua kabupaten/kota,” kata Agung.
Sejauh ini, BPBD telah melakukan berbagai langkah untuk mengatasi dampak kekeringan. Salah satunya memberikan suplei air bersih ke wilayah-wilayah yang cukup parah. BPBD telah menyuplai sebanyak 2.584.500 liter air bersih untuk seluruh kabupaten/kota. “Tapi kita belum tetapkan status darurat kekeringan. Nanti akan mengarah kesana saat rakor,” ujarnya.