Rasio Elektrifikasi NTB di Bawah Nasional

Praktek Pencurian Listrik Masih Marak

LISTRIK
LISTRIK : Inilah salah satu sumber listrik di NTB yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang. (AZWAR ZAMHURI/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Pemerintah Provinsi NTB terus merayu investor untuk menanamkan modal. Namun di sisi lain, kondisi masyarakat masih jauh dari harapan. Untuk rasio elektrifikasi (RE) contohnya, persentase Provinsi NTB berada jauh di bawah nasional. 

General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah NTB, Rudi Purnomoloka menyampaikan, rasio elektrifikasi (RE) Provinsi NTB baru mencapai 94,05 persen. “Dibandingkan tahun 2018 rasio elektrifikasi 93,2 persen, maka pada bulan Maret 2019 telah meningkat menjadi 94,05 persen,” terangnya kemarin. 

Rasio elektrifikasi (RE) merupakan perbandingan antara jumlah rumah tangga berlistrik dan seluruh rumah tangga. Untuk tingkat nasional, Rasio Elektrifikasi (RE) saat ini sudah mencapai 98,81 persen. Artinya, RE Provinsi NTB jauh di bawah nasional. 

Tahun 2014, Provinsi NTB sempat berada pada urutan ke-4 dari bawah untuk Rasio Elektrifikasi (RE). Kemudian merangkak naik tahun 2016 ke urutan 6 dari bawah. Tahun 2017 NTB tercatat masih pada urutan ke-6. Barulah tahun 2018 lalu, RE NTB meningkat signifikan menjadi urutan 15 dari bawah peringkat 20 dari atas. “Target yang ingin kita capai pada akhir tahun 2020 adalah 99,99 persen,” ucap Rudi. 

Untuk merealisasikan target tersebut, PLN telah meluncurkan program Listrik Pedesaan melalui pembangunan  jaringan baru. PLN juga telah mempersiapkan beberapa pembangkit untuk mengantisipasi pertumbuhan beban dengan total daya 250 MW di berbagai lokasi. 

Beberapa pembangkit yang sudah dan akan segera dioperasikan yaitu PLTMG Lombok Peaker, PLMTG Sumbawa dan PLTMG Bonto. “Kita sudah selesaikan jaringan listrik di Desa Sarae Ruma dan Desa Pusu  di Kabupaten Bima, kini seluruh desa di NTB telah menikmati listrik. 100 persen desa di NTB telah berhasil teraliri listrik,” ujarnya. 

Meski seluruh desa sudah dialiri listrik, namun tidak semua dusun sudah bisa menikmati. Itulah tugas PLN, agar pembangunan jaringan listrik dapat segera tersambung ke seluruh dusun. Dengan begitu, seluruh masyarakat bisa menikmati listrik hingga ke pelosok-pelosok terpencil.

Menurut Rudi, Rasio Elektrifikasi (RE) merupakan salah satu indikator kemajuan suatu daerah dengan dihitung dari banyaknya jumlah kepala keluarga (KK) yang telah menjadi pelanggan PLN. Namun begitu, capaian terhadap RE akan terus berubah seiring dengan adanya penambahan jumlah keluarga yang memiliki KK baru.

Pada  tahun 2018, pelanggan PLN unit induk wilayah (UIW) NTB sebanyak 1,3 juta pelanggan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 12,51 persen dari 2017. “Sebanyak 94 persen lebih atau 1,28 juta pelanggan PLN merupakan segmen rumah tangga,” sebutnya. 

Salah satu kendala yang dihadapi PLN saat ini,  masih ditemukannya kasus-kasus penggunaan listrik secara ilegal. Masyarakat melakukan levering atau menyalurkan listrik dari tetangga, tanpa tercatat di PLN.

Rudi mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk nenghentikan praktek levering karena sangat berbahaya dan merugikan. “ Proses menyalur listrik seperti itu, sangatlah berbahaya. Selain instalasinya tidak aman yang berpotensi membahayakan jiwa, juga merupakan pelanggaran dan bisa dikenai sanksi ketika ditemukan oleh tim pemeriksa,” ucapnya. 

Efek lain yang akan sangat dirasakan oleh masyarakat, tidak stabilnya tegangan. Hal itu tentu saja hanya akan merugikan PLN dan masyarakat pelanggan secara keseluruhan. 

Asisten Manajer Komunikasi PT PLN Unit Induk Pembangunan Nusa Tenggara, Lalu Irlan Jayadi, menyampaikan kondisi listrik di Pulau Sumbawa juga terus ditingkatkan. Bahkan dalam waktu dekat, PLTMG 50 Mega Watt (MW) Bima akan segera dioperasikan. “Itu pembangkit yang dibangun di Kelurahan Kolo, Kecamatan Asakota, Bima. Sudah mendapatkan Sertifikat Layak Operasi (SLO), sehingga layak dioperasikan,” katanya. 

Dengan beroperasinya pembangkit listrik tersebut, diharapkan rasio elektrifikasi bisa bertambah. “Dengan masuknya PLTMG Bima unit 1, 2, dan 3, total kapasitas pembangkit listrik yang ada di NTB saat ini mencapai 356 MW. Itu kabar baik bagi para investor dan masyarakat di NTB,” katanya. 

Sejumlah proyek infrastruktur ketenagalistrikan di NTB, juga sudah mendapat SLO. Diantaranya Gardu Induk 70 kilo Volt (kV) Bonto, Gardu Induk 70 kV Bima Extension, Gardu Induk 70 kV Alas, dan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 70 kV Alas-Taliwang. Ada juga empat proyek pembangkit listrik di NTB yang sedang proses penerbitan SLO. 

Di Pulau Lombok sendiri terdapat dua proyek SUTT 150 kV yang sedang proses prakonstruksi. Yaitu jalur transmisi SUTT 150 kV Jeranjang-Sekotong. Kemudian ada juga jalur transmisi SUTT 150 kV Mataram-Mantang.(zwr)

Komentar Anda