RAJA BELI CENDOL

Guru Dolle menengok jendela kamar Abu Bongoh usai Sholat Ashar. Paginya kedua sahabat ini mengikuti apel peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021 di halaman kantor Dikbud NTB. Malam harinya mengikuti acara Anugerah Istimewa Sekolah – AISo ’21. Sebuah ajang penghargaan untuk para pendidik atas dedikasinya yang inspiratif dan kreatif dalam merawat pendidikan ditengah wabah.

Sore itu, Ia melihat sahabatnya merunduk memainkan pena dan tak ingin mengganggu. Terlihat Abu Bongoh sesekali menggerakkan penanya menulis sesuatu di kertas, dan sesekali pula suaranya terdengar seperti orang berpidato.

“Saudaraku senasib tak sepenanggungan…!!! Kebanyakan pohon besar itu hanya mampu hidup dalam satu musim. Jika tiba musim dingin, pohon yang hanya mampu hidup dimusim panas akan lunglai tak berdaya. Jika musim panas tiba, pohon yang hanya mampu bertahan dimusim dingin akan kering hingga mati. Benalu yang menempelpun memperoleh akibatnya. ”Terdengar suara Abu Bongoh, dan sesaat kemudian penanya menari di atas kertas.

“Ha… Apa maksudnya dengan Pohon Besar dan Benalu itu…?” Dolle bergumam sendirian.

“Saudaraku senasib tak sepenanggungan…!!! Kita ini adalah tumbuhan kecil dan beragam jumlahnya. Mampu hidup disegala musim. Siang berganti malam dan hawa dingin digilir panaspun kita adalah tumbuhan yang tetap bertahan hidup disegala cuaca,” lanjutnya.

“Lihatlah saudara kita yang tubuhnya kecil bernama Kacang Hijau, misalnya. Disentuh hawa dingin saja dia tumbuh menjadi Taoge. Terkena hawa panas dan mengering justru bisa digoreng untuk isi bakpao dan bisa menjadi bubur.”

Baca Juga :  KUDA PAK KADES

“Lihatlah gulma, kelompok rerumputan yang selalu dianggap menggangu pohon besar itu. ditebas bahkan dicerabut dari tanah, dibuang berserakan, namun mampu menjadi sajian makan bagi sekumpulan kambing, sapi dan kerbau di ladang.”

“Dan banyak lagi tumbuhan kecil lainnya yang justru saling memberi pertolongan ketika tumbuhan lainnya diserang hama. Rerumputan justru bertindak menahan unsur hara lebih lama, sehingga tumbuhan lainnya menjadi subur.”

“Bahkan rerumputun bersedia sebagai kompetitor sesama tumbuhan kecil lainnya dan membuat tanaman utama memiliki akar yang kuat dan tumbuh besar menjulang ke udara.”

“Sementara pohon besar kalau sudah terancam justru menggosok dan menggesek para benalu untuk teriak bikin gaduh dengan mengatasnamakan tumbuhan kecil demi kepentingannya.”

“Jika pohon besar makin terancam dia makin tak terkendali. Dia bayar Benalu bodoh agar menjadi sok pintar dan dibiayai Benalu pintar untuk berpura-pura bodoh.”

“Waduh…. kok malah kesana maksudnya..? Guru Dolle terus menyimak

“Tapi tumbuhan kecil justru bilang, silahkan kalian bikin panas, sepanas-panasnya hingga kami kalian anggap kehabisan kipas. Silahkan kalian bikin dingin, sedingin-dinginnya hingga kalian anggap kami kehabisan selimut.

“Silahkan kalian bikin harga semahal-mahalnya hingga kami tak lagi mampu membelinya. Silahkan kalian bikin konspirasi sehingga kamera media tak lagi fokus membidiknya.”

“Silahkan kalian bikin gambar dan ulasan serta narasi yang mengerikan hingga kalian anggap kami akan sembunyi ketakutan…!!! Perbuatan kalian akan sia sia…!!!” suara Bongoh makin keras.

Baca Juga :  Semoga Kalian Tidak

Tok… Tok… Tok….. Guru Dolle tak tahan langsung masuk bergabung. Abu Bongoh terperanjat dan menghentikan aktifitasnya.

“Aku sudah dengar semuanya sejak tadi. Mau pidato dimana? atau mau dimuat di media mana?” tanya Dolle.

“Mana ada pidato seperti ini disuka, dan mana ada media bersedia mempublikasikan narasi dari seorang yang tak sekolah seperti aku,” jawab Bongoh dan membalikkan kertasnya.

“Sudahlah….Ayo kita jalan sore terus nanti kita buka bareng di Musholla…” ajak Dolle.

Dalam perjalanan dilihatnya Krotek menjual penganan berbuka. Banyak orang antri ingin membeli Es Cendol, termasuk Abu Mardut.

“Hey…. Dari tadi aku menunggu, mana Es Cendolku?” tanya Mardut kesal.

“Sabar… semua mendapat giliran.” Sahut Krotek senyum sambil terus melayani pembeli lainnya.

Memang, Es Cendolnya si Krotek ini terkenal enak. Terbuat dari bahan lokal alami. Tepung Beras, Santan Kelapa, Gula Merah ditambah buah Beluluk, tak lupa Buah Nangka dan penambah aroma Daun Pandan serta Es Batu secukupnya.

“Pembeli itu rajaaa…, harus dilayani dengan cepat dong…!!!” teriak Mardut makin keras.

“Ya… Ya…. Ya…. Aku tahu pembeli itu adalah raja. Namun tumben aku lihat raja beli Cendol,” jawab Krotek sambil melirik Abu Bongoh dan Guru Dolle tersenyum. (*)

Komentar Anda